Mengenal Tafsir Tarbawi Bagian II
Dr.
Rosidin, M.Pd.I
http://www.dialogilmu.com
METODE
PENDIDIKAN ISLAM
Guru
adalah seorang seniman yang tidak hanya terpaku pada metode uswah. Masih
banyak amunisi metode pembelajaran yang dapat digunakan agar pembelajaran yang
disampaikan dapat diterima dengan baik oleh para murid. Pertama, Metode
kisah (qishshah) menyulut imajinasi yang membuat orang lain tanpa sadar
mendapatkan ilmu pengetahuan yang mengakar-kuat di dalam hati (Q.S. Hud [11]:
120).
وَكُلًّا نَقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ أَنْبَاءِ الرُّسُلِ مَا نُثَبِّتُ
بِهِ فُؤَادَكَ وَجَاءَكَ فِي هَذِهِ الْحَقُّ وَمَوْعِظَةٌ وَذِكْرَى لِلْمُؤْمِنِينَ
(120)
Dan semua kisah dari Rasul-rasul Kami ceritakan
kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam
surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi
orang-orang yang beriman (Q.S. Hud [11]: 120).
Kedua, Metode metafora (amtsal) membuat orang
memiliki kepekaan terhadap alam sekitar, karena meyakini bahwa setiap fenomena
alam memiliki hikmah yang dapat dipetik bagi kepentingan kehidupannya. Semisal ketika
menikmati pemandangan lautan, seseorang ingin hidupnya seperti air laut yang
tidak pernah surut ditelan zaman; dan tidak ingin hidupnya seperti buih yang
terombang-ambing dihempaskan gelombang (Q.S. al-Ra’d [13]: 17)
أَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَسَالَتْ أَوْدِيَةٌ بِقَدَرِهَا
فَاحْتَمَلَ السَّيْلُ زَبَدًا رَابِيًا وَمِمَّا يُوقِدُونَ عَلَيْهِ فِي
النَّارِ ابْتِغَاءَ حِلْيَةٍ أَوْ مَتَاعٍ زَبَدٌ مِثْلُهُ كَذَلِكَ يَضْرِبُ
اللَّهُ الْحَقَّ وَالْبَاطِلَ فَأَمَّا الزَّبَدُ فَيَذْهَبُ جُفَاءً وَأَمَّا
مَا يَنْفَعُ النَّاسَ فَيَمْكُثُ فِي الْأَرْضِ كَذَلِكَ يَضْرِبُ اللَّهُ
الْأَمْثَالَ (17
Allah telah menurunkan air (hujan) dari langit, maka
mengalirlah air di lembah-lembah menurut ukurannya, maka arus itu membawa buih
yang mengambang. Dan dari apa (logam) yang mereka lebur dalam api untuk membuat
perhiasan atau alat-alat, ada (pula) buihnya seperti buih arus itu. Demikianlah
Allah membuat perumpamaan (bagi) yang benar dan yang batil. Adapun buih itu,
akan hilang sebagai sesuatu yang tak ada harganya; adapun yang memberi manfaat
kepada manusia, maka ia tetap di bumi. Demikianlah Allah membuat
perumpamaan-perumpamaan (Q.S. al-Ra’d [13]: 17).
Ketiga, Metode al-targhib wa al-tarhib yang
menunjukkan pendekatan harmonis antara sisi “maskulin” dengan “feminim”; antara
“ketegasan” dengan “keramahan”. Lihatlah bagaimana doa sapu jagat yang
diajarkan oleh Rasulullah SAW dan terukir indah dalam Surat al-Baqarah [2]: 201
وَمِنْهُمْ مَنْ يَقُولُ رَبَّنَا آَتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً
وَفِي الْآَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ (201)
Ya Tuhan kami, mohon anugerahkan kepada kami, kebaikan
di dunia dan kebaikan di akhirat, dan peliharalah kami dari siksa neraka (Q.S. al-Baqarah [2]: 201)
yang
membuat guru dan murid sama-sama merasakan kenikmatan belajar, karena sama-sama
berkesempatan mengekspresikan pemikiran dan pengalamannya. Diskusi antara Allah
SWT, malaikat dan Nabi Adam AS selalu menjadi contoh diskusi yang menarik untuk
diketengahkan (Q.S. al-Baqarah [2]: 31-33).
وَعَلَّمَ آَدَمَ الْأَسْمَاءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى
الْمَلَائِكَةِ فَقَالَ أَنْبِئُونِي بِأَسْمَاءِ هَؤُلَاءِ إِنْ كُنْتُمْ
صَادِقِينَ (31) قَالُوا سُبْحَانَكَ لَا عِلْمَ لَنَا إِلَّا مَا عَلَّمْتَنَا
إِنَّكَ أَنْتَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ (32) قَالَ يَا آَدَمُ أَنْبِئْهُمْ
بِأَسْمَائِهِمْ فَلَمَّا أَنْبَأَهُمْ بِأَسْمَائِهِمْ قَالَ أَلَمْ أَقُلْ
لَكُمْ إِنِّي أَعْلَمُ غَيْبَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَأَعْلَمُ مَا
تُبْدُونَ وَمَا كُنْتُمْ تَكْتُمُونَ (33)
(31) Dan Dia mengajarkan kepada Adam, nama-nama
(benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para malaikat, lalu
berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu, jika kamu memang benar
orang-orang yang benar!” (32). Mereka menjawab: “Mahasuci Engkau, tidak ada
yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya
Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana”. (33) Allah berfirman:
"Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini." Setelah
diberitahukannya kepada mereka mama-nama benda itu, Allah berfirman: “Bukankah
sudah Aku katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit
dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?”. (Q.S. al-Baqarah [2]: 31-33).
Agar
lebih hangat, diskusi dapat dinaikkan statusnya menjadi debat (mujadalah)
untuk beradu argumentasi yang lebih unggul (Q.S. al-‘Ankabut [29]: 46).
وَلَا تُجَادِلُوا أَهْلَ الْكِتَابِ إِلَّا بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ
إِلَّا الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْهُمْ وَقُولُوا آَمَنَّا بِالَّذِي أُنْزِلَ
إِلَيْنَا وَأُنْزِلَ إِلَيْكُمْ وَإِلَهُنَا وَإِلَهُكُمْ وَاحِدٌ وَنَحْنُ لَهُ
مُسْلِمُونَ (46)
Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab,
melainkan dengan cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang zhalim di antara
mereka, dan katakanlah: “Kami telah beriman kepada (kitab-kitab) yang
diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepadamu; Tuhan kami dan Tuhanmu
adalah satu; dan kami hanya kepada-Nya berserah diri" (Q.S. al-‘Ankabut [29]: 46).
Kelima, Metode field trip (darmawisata) memberikan
pengalaman berharga nan eksotis yang dapat ditemui sepanjang perjalanan.
Bukankah kisah Nabi Musa AS dan Nabi Khidhir AS menyajikan “study tour” yang
membuat pembacanya serasa menonton sinematografi yang membekas dalam hati?
(Q.S. al-Kahfi [18]: 65-82).
فَوَجَدَا عَبْدًا مِنْ عِبَادِنَا آَتَيْنَاهُ رَحْمَةً مِنْ عِنْدِنَا
وَعَلَّمْنَاهُ مِنْ لَدُنَّا عِلْمًا (65) قَالَ لَهُ مُوسَى هَلْ أَتَّبِعُكَ
عَلَى أَنْ تُعَلِّمَنِ مِمَّا عُلِّمْتَ رُشْدًا (66) قَالَ إِنَّكَ لَنْ
تَسْتَطِيعَ مَعِيَ صَبْرًا (67) وَكَيْفَ تَصْبِرُ عَلَى مَا لَمْ تُحِطْ بِهِ
خُبْرًا (68) قَالَ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ صَابِرًا وَلَا أَعْصِي لَكَ
أَمْرًا (69) قَالَ فَإِنِ اتَّبَعْتَنِي فَلَا تَسْأَلْنِي عَنْ شَيْءٍ حَتَّى
أُحْدِثَ لَكَ مِنْهُ ذِكْرًا (70) فَانْطَلَقَا حَتَّى إِذَا رَكِبَا فِي
السَّفِينَةِ خَرَقَهَا قَالَ أَخَرَقْتَهَا لِتُغْرِقَ أَهْلَهَا لَقَدْ جِئْتَ
شَيْئًا إِمْرًا (71) قَالَ أَلَمْ أَقُلْ إِنَّكَ لَنْ تَسْتَطِيعَ مَعِيَ
صَبْرًا (72) قَالَ لَا تُؤَاخِذْنِي بِمَا نَسِيتُ وَلَا تُرْهِقْنِي مِنْ
أَمْرِي عُسْرًا (73) فَانْطَلَقَا حَتَّى إِذَا لَقِيَا غُلَامًا فَقَتَلَهُ
قَالَ أَقَتَلْتَ نَفْسًا زَكِيَّةً بِغَيْرِ نَفْسٍ لَقَدْ جِئْتَ شَيْئًا
نُكْرًا (74) قَالَ أَلَمْ أَقُلْ لَكَ إِنَّكَ لَنْ تَسْتَطِيعَ مَعِيَ صَبْرًا
(75) قَالَ إِنْ سَأَلْتُكَ عَنْ شَيْءٍ بَعْدَهَا فَلَا تُصَاحِبْنِي قَدْ
بَلَغْتَ مِنْ لَدُنِّي عُذْرًا (76) فَانْطَلَقَا حَتَّى إِذَا أَتَيَا أَهْلَ
قَرْيَةٍ اسْتَطْعَمَا أَهْلَهَا فَأَبَوْا أَنْ يُضَيِّفُوهُمَا فَوَجَدَا فِيهَا
جِدَارًا يُرِيدُ أَنْ يَنْقَضَّ فَأَقَامَهُ قَالَ لَوْ شِئْتَ لَاتَّخَذْتَ
عَلَيْهِ أَجْرًا (77) قَالَ هَذَا فِرَاقُ بَيْنِي وَبَيْنِكَ سَأُنَبِّئُكَ
بِتَأْوِيلِ مَا لَمْ تَسْتَطِعْ عَلَيْهِ صَبْرًا (78) أَمَّا السَّفِينَةُ
فَكَانَتْ لِمَسَاكِينَ يَعْمَلُونَ فِي الْبَحْرِ فَأَرَدْتُ أَنْ أَعِيبَهَا
وَكَانَ وَرَاءَهُمْ مَلِكٌ يَأْخُذُ كُلَّ سَفِينَةٍ غَصْبًا (79) وَأَمَّا
الْغُلَامُ فَكَانَ أَبَوَاهُ مُؤْمِنَيْنِ فَخَشِينَا أَنْ يُرْهِقَهُمَا
طُغْيَانًا وَكُفْرًا (80) فَأَرَدْنَا أَنْ يُبْدِلَهُمَا رَبُّهُمَا خَيْرًا
مِنْهُ زَكَاةً وَأَقْرَبَ رُحْمًا (81) وَأَمَّا الْجِدَارُ فَكَانَ
لِغُلَامَيْنِ يَتِيمَيْنِ فِي الْمَدِينَةِ وَكَانَ تَحْتَهُ كَنْزٌ لَهُمَا
وَكَانَ أَبُوهُمَا صَالِحًا فَأَرَادَ رَبُّكَ أَنْ يَبْلُغَا أَشُدَّهُمَا
وَيَسْتَخْرِجَا كَنْزَهُمَا رَحْمَةً مِنْ رَبِّكَ وَمَا فَعَلْتُهُ عَنْ أَمْرِي
ذَلِكَ تَأْوِيلُ مَا لَمْ تَسْطِعْ عَلَيْهِ صَبْرًا (82)
(65) Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba
Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah
Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami. (66) Musa berkata kepada Khidhr: “Bolehkah
aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara
ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?” (67) Dia menjawab: “Sesungguhnya kamu
sekali-kali tidak akan sanggup sabar bersama aku. (68) Dan bagaimana kamu dapat
sabar atas sesuatu, yang kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang
hal itu?” (69) Musa berkata: “Insya Allah kamu akan mendapati aku sebagai orang
yang sabar, dan aku tidak akan menentangmu dalam sesuatu urusanpun”. (70) Dia
berkata: "Jika kamu mengikutiku, maka janganlah kamu menanyakan kepadaku
tentang sesuatu apapun, sampai aku sendiri menerangkan-nya kepadamu". (71)
Maka berjalanlah keduanya, hingga tatkala keduanya menaiki perahu, lalu Khidhr
melobanginya. Musa berkata: “Mengapa kamu melobangi perahu itu akibatnya kamu
menenggelamkan penumpangnya?" Sesungguhnya kamu telah berbuat sesuatu
kesalahan yang besar. (72) Dia (Khidhr) berkata: "Bukankah aku telah
berkata: "Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sabar bersama dengan
aku". (73) Musa berkata: "Janganlah kamu menghukum aku karena
kelupaanku dan janganlah kamu membebani aku dengan sesuatu kesulitan dalam
urusanku". (74) Maka berjalanlah keduanya; hingga tatkala keduanya
berjumpa dengan seorang anak, maka Khidhr membunuhnya. Musa berkata:
"Mengapa kamu membunuh jiwa yang bersih, bukan karena Dia membunuh orang
lain? Sesungguhnya kamu telah melakukan suatu yang mungkar". (75) Khidhr
berkata: "Bukankah sudah kukatakan kepadamu, bahwa Sesungguhnya kamu tidak
akan dapat sabar bersamaku?" (76) Musa berkata: "Jika aku bertanya
kepadamu tentang sesuatu sesudah (kali) ini, maka janganlah kamu memperbolehkan
aku menyertaimu, sesungguhnya kamu sudah cukup memberikan uzur padaku".
(77) Maka keduanya berjalan; hingga tatkala keduanya sampai kepada penduduk
suatu negeri, mereka minta dijamu kepada penduduk negeri itu, tetapi penduduk
negeri itu tidak mau menjamu mereka, kemudian keduanya mendapatkan dalam negeri
itu dinding rumah yang hampir roboh, maka Khidhr menegakkan dinding itu. Musa
berkata: "Jikalau kamu mau, niscaya kamu mengambil upah untuk itu".
(78) Khidhr berkata: "Inilah perpisahan antara aku dengan kamu; kelak akan
kuberitahukan kepadamu tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar
terhadapnya. (79). Adapun bahtera itu adalah kepunyaan orang-orang miskin yang
bekerja di laut, dan aku bertujuan merusakkan bahtera itu, karena di hadapan
mereka ada seorang raja yang merampas tiap-tiap bahtera. (80) Dan Adapun anak
muda itu, maka keduanya adalah orang-orang mukmin, dan kami khawatir bahwa dia
akan mendorong kedua orang tuanya itu kepada kesesatan dan kekafiran. (81) Dan
kami menghendaki, supaya Tuhan mereka mengganti bagi mereka dengan anak lain
yang lebih baik kesuciannya dari anaknya itu dan lebih dalam kasih sayangnya
(kepada ibu bapaknya). (82) Adapun dinding rumah adalah kepunyaan dua orang
anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka
berdua, sedang ayahnya adalah seorang yang saleh, maka Tuhanmu menghendaki agar
supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu,
sebagai rahmat dari Tuhanmu; dan bukanlah aku melakukannya itu menurut
kemauanku sendiri. Demikian itu adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu
tidak dapat sabar terhadapnya" (Q.S.
al-Kahfi [18]: 65-82).
Keenam, Metode demonstrasi (eksperimen) seperti yang dialami
Nabi Ibrahim AS ketika diperintahkan Allah SWT agar menyembelih empat ekor
burung, lalu masing-masing diletakkan di bukit-bukit yang berjauhan. Setelah
itu, beliau diminta untuk memanggilnya. Akhirnya burung-burung itu datang
dengan segera atas izin Allah SWT (Q.S. al-Baqarah [2]: 260).
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ أَرِنِي كَيْفَ تُحْيِي الْمَوْتَى
قَالَ أَوَلَمْ تُؤْمِنْ قَالَ بَلَى وَلَكِنْ لِيَطْمَئِنَّ قَلْبِي قَالَ فَخُذْ
أَرْبَعَةً مِنَ الطَّيْرِ فَصُرْهُنَّ إِلَيْكَ ثُمَّ اجْعَلْ عَلَى كُلِّ جَبَلٍ
مِنْهُنَّ جُزْءًا ثُمَّ ادْعُهُنَّ يَأْتِينَكَ سَعْيًا وَاعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ
عَزِيزٌ حَكِيمٌ (260)
Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata: "Ya
Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang
mati." Allah berfirman: "Belum yakinkah kamu?" Ibrahim menjawab:
"Aku telah meyakinkannya, akan tetapi agar hatiku tetap mantap (dengan imanku)
Allah berfirman: "(Kalau demikian) ambillah empat ekor burung, lalu
cincanglah semuanya olehmu. (Allah berfirman): "Lalu letakkan diatas
tiap-tiap satu bukit satu bagian dari bagian-bagian itu, kemudian panggillah
mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera." Dan ketahuilah
bahwa Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana (Q.S.
al-Baqarah [2]: 260).
Ketujuh, Metode nasihat (mau’izhah). Luqman al-Hakim
adalah contoh figur yang menggunakan metode nasihat ketika mendidik putranya
(Q.S. Luqman [31]: 13).
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا
تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ (13)
Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya,
di waktu ia memberi mau’izhah kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu
mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar
kezaliman yang besar” (Q.S. Luqman [31]: 13).
Nasihat
ini diberikan secara lemah lembut (Q.S. Thaha [20]: 44),
فَقُولَا لَهُ قَوْلًا لَيِّنًا لَعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَى
(44)
Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan
kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut" (Q.S. Thaha [20]: 44).
tidak
boleh secara keras dan kasar (Q.S. Ali ‘Imran [2]: 159).
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا
غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ
لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ (159)
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah, kamu berlaku
lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar,
tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah
mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam
urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah
kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal
kepada-Nya. (Q.S. Ali ‘Imran [2]: 159).
Tentu
masih banyak metode dalam al-Qur’an yang belum diungkap dalam tulisan ini. Ada
satu catatan penting terkait metode pembelajaran ini, yaitu penerapannya perlu
disesuaikan dengan situasi dan kondisi riil yang dihadapi oleh guru (Q.S.
al-Ma’idah [5]: 48)
لِكُلٍّ جَعَلْنَا مِنْكُمْ شِرْعَةً وَمِنْهَاجًا وَلَوْ شَاءَ
اللَّهُ لَجَعَلَكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَلَكِنْ لِيَبْلُوَكُمْ فِي مَا
آَتَاكُمْ فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ
Tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan
jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu
umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, Maka
berlomba-lombalah berbuat kebajikan
(Q.S. al-Ma’idah [5]: 48).
Wallahu A'lam bi al-Shawab.