Hadis Tanda-Tanda Hari Kiamat
Pertama
Tidak
ada orang yang membantu dan menolong agama Islam. Ini adalah sabda Nabi SAW:
يَأْتِيْ عَلَى النَّاسِ
زَمَانٌ، اَلصَّابِرُ عَلَى دِيْنِهِ كَالْقَابِضِ عَلَى الْجَمْرِ.
Akan datang suatu masa kepada
manusia, di mana orang yang bersabar dalam memegangi agamanya seperti orang
yang menggenggam bara api.
[HR. al-Tirmidzi dari Anas bin Malik RA]
Al-Tirmidzi
menilai Hadits ini sebagai Hadits Gharib. Hadits ini juga terdapat
dalam: Mu’jam Ibn ‘Asakir; al-Jami’ al-Ahadits karya al-Suyuthi; Misykat
al-Mashabih karya al-Tibrizi; dan Kanz al-‘Ummal karya al-Muttaqi
al-Hindi.
Kedua
يَكُوْنُ فِي أَخِرِ
الزَّمَانِ عُبَّادٌ جُهَّالٌ وَقُرَّاءٌ فَسَقَةٌ.
Akan ada di akhir masa nanti, para
ahli ibadah yang bodoh-bodoh dan para ahli Qur'an yang fasiq-fasiq. [HR. Abu Nu’aim dalam al-Hulyah
dan al-Hakim dalam al-Mustadrak dari Anas bin Malik RA]
Hadits ini juga terdapat dalam Kanz
al-‘Ummal karya al-Muttaqi al-Hindi, Syu’b al-Iman karya al-Baihaqi.
Hadits ini berstatus dha’if, karena salah satu perawinya, Yusuf bin
‘Athiyyah diberi label ‘perusak’ (halik) oleh al-Dzahabi. Yahya bin
Ma’in menilai Hadits ini dengan komentar: laysa bi-syai’ (bukan
apa-apa).
Ketiga
لاَ تَقُوْمُ السَّاعَةُ
حَتَّى يَتَبَاهَى النَّاسُ فِي الْمَسَاجِدِ.
Hari kiamat tidak akan terjadi
sampai manusia saling berbangga-bangga terkait masjid-masjid. [HR. Imam Ahmad dalam Musnad;
dan Abu Dawud dalam Sunan-nya dari Anas bin Malik RA]
Hadits ini juga diriwayatkan oleh al-Thabarani
dalam al-Mu’jam al-Kabir, al-Ausath dan al-Shaghir;
Sunan al-Nasa’i, Sunan Ibn Majah, Sunan al-Baihaqi, Sunan
al-Darimy, Shahih Ibn Hibban, Shahih Ibnu Khuzaimah, Musnad
Abi Ya’la, Musnad al-Bazzar, Misykat al-Mashabih karya al-Tibrizi
dan Kanz al-‘Ummal karya al-Muttaqi al-Hindi. Ibnu Khuzaimaih menilai
hadits ini berstatus shahih.
Keempat
قَطْعِيَّةُ
الرَّحِمِ، وَتَخْوِيْنُ الأَمِيْنِ، وَائْتِمَانُ الْخَائِنِ.
Terputusnya silaturrahim; pengkhianatan
orang yang dapat dipercaya; dan dipercayanya orang yang berkhianat. [HR. al-Thabarani dari Anas bin
Malik RA]
Hadits ini diriwayatkan oleh
al-Thabarani dalam al-Mu’jam al-Kabir dan Mu’jam al-Ausath;
al-Haitsami dalam Majma’ al-Zawaid; Musnad al-Bazzar; al-Muttaqi
al-Hindi dalam Kanz al-‘Ummal. Status hadits ini hasan dan para
perawinya berstatus al-tsiqqah.
Kelima
مِنْ اِقْتِرَابِ السَّاعَةِ
اِنْتِفَاخُ الأَهِلَّةِ وَأَنْ يُرَى الْهِلاَلُ قَبَلاً بِفَتْحَتَيْنِ ايْ سِلْعَةً
مَا يُطَّلَعُ فَيُقَالُ لِلَّيْلَتَيْنِ.
Di antara (tanda-tanda) dekatnya hari
kiamat adalah mengembangnya atau naiknya bulan dan bulan tsabit dilihat pada
suatu waktu dan tidak terlihat (pada waktu yang lain). Dikatakan: “selama dua
malam”.
Hadits ini dan yang semakna
diriwayatkan dalam Mushannaf Ibn Abi Syaibah; Mu’jam al-Kabir, al-Ausath
dan al-Shaghir karya al-Thabarani; Majma’ al-Zawaid karya
al-Haitsami; Musnad al-Syamiyyin; dan Kanz al-‘Ummal karya al-Muttaqi
al-Hindi. Status hadits ini shahih.
Keenam
يَذْهَبُ
الصَّالِحُوْنَ الأَوَّلُ الأَوَّلُ، وَتَبْقَى حُثَالَةٌ كَحُثَالَةِ الشَّعِيْرِ
اَوِ التَّمْرِ.
Habisnya orang-orang shalih pada
generasi awal; dan yang tersisa adalah ampasnya saja; seperti ampas gandum dan
kurma. [HR.
Imam Ahmad dan Bukhari]
Hadits ini dan yang semakna juga
diriwayatkan dalam Mushannaf Ibn Abi Syaibah; Mu’jam al-Kabir dan
Mu’jam al-Ausath karya al-Thabarani; Sunan al-Baihaqi; Majma’
al-Zawaid karya al-Haitsami; Misykat al-Mashabih karya al-Tibrizi dan Kanz
al-‘Ummal karya al-Muttaqi al-Hindi. Status hadits ini shahih.
Ketujuh
لاَ تَقُوْمُ
السَّاعَةُ حَتَّى يَكُوْنَ الزُّهْدُ رِوَايَةً وَالْوَرَعُ تَصَنُّعًا.
Hari kiamat tidak akan terjadi
sampai zuhud hanya menjadi informasi; dan sikap wira'i hanya dibuat-buat. [HR. Abu Nu’aim dalam al-Hulyah]
Hadits ini juga diriwayatkan oleh
al-Dailami serta al-Muttaqi al-Hindi dalam Kanz al-‘Ummal. Status hadits
ini adalah hadits gharib. Sedangkan sanad-nya dinilai dha’if.
Kedelapan
أَنْ يَكُوْنَ الْوَلَدُ
غَيْظًا، وَ الْمَطَرُ قَيْظًا، وَ تَفِيْضُ اللُّئَامُ فَيْضًا.
Anak menjadi sebab kemarahan; hujan
menjadi sebab panas; dan para pencela menjadi menyebar-luas. [HR. al-Thabarani dari Ibnu Mas’ud
RA]
Hadits ini dan yang semakna
diriwayatkan oleh Ibn Abi al-Dunya; Ibn ‘Asakir; dalam Majma’ al-Zawaid
karya al-Haitsami; Musnad al-Syihab karya Muhammad al-Dha’ii; Dalail
al-Nubuwwah karya al-Baihaqi dan Kanz al-‘Ummal karya al-Muttaqi
al-Hindi. Al-Haitsami menilai bahwa perawi hadits ini berstatus al-tsiqqah.
Kesembilan
لاَ تَقُوْمُ
السَّاعَةُ حَتَّى يَسُوْدَ كُلُّ قَبِيْلَةٍ مُنَافِقُوْهَا، وَكَانَ زَعِيْمُ
الْقَوْمِ اَرْذَلُهُمْ، وَسَادَ الْقَبِيْلَةَ فَاسِقُوْهُمْ.
Hari kiamat tidak akan terjadi
sampai setiap kabilah dipimpin oleh orang-orang munafiqnya; pemimpin suatu kaum
adalah orang-orang yang terburuk di kalangan mereka; dan yang memimpin suatu
kabilah adalah orang-orang fasik di kalangan mereka. [HR. al-Thabarani dari Abdullah bin
Mas’ud; al-Tirmidzi dari Abu Hurairah RA]
Hadits ini dan yang semakna
diriwayatkan dalam Majma’ al-Zawaid karya al-Haitsami; Misykat
al-Mashabih karya al-Tibrizi; Nayl al-Authar karya al-Syaukani dan Kanz
al-‘Ummal dalam al-Muttaqi al-Hindi. Status hadits ini dha’if.
Kesepuluh
اَنْ تُزَحْزَفَ الْمَحَارِبُ
وَتُخْرِبَ الْقُلُوْبُ.
Dihiasnya mihrab-mihrab dan
kosongnya hati-hati. [HR.
al-Thabarani dari Ibnu Mas'ud RA]
Hadits
ini juga diriwayatkan oleh al-Haitsami, al-Baihaqi, Ibn al-Najjar dan al-Muttaqi
al-Hindi dalam Kanz al-‘Ummal. Status hadits ini menurut al-Baihaqi dan al-Haitsami
bersanad dha’if.
Kesebelas
فُشُوُّ التِّجَارَةِ
حَتَّى تَعِيْنَ الْمَرْأَةُ زَوْجَهَا عَلَى التِّجَارَةِ، وَقَطْعُ الأَرْحَامِ،
وَفُشُوُّ الْقَلَمِ، وَظُهُوْرُ الشَّهَادَاتِ بِالزُّوْرِ.
Merebaknya dunia perdagangan,
sampai-sampai seorang istri membantu suaminya untuk berdagang; terputusnya
silaturrahim; tersebarnya dunia tulis-menulis (teknologi informasi?); maraknya
persaksian-persaksian palsu.
[HR. Imam Ahmad dan al-Bukhari dari Ibnu Mas’ud RA]
Yang dimaksud tersebarnya dunia “tulis
menulis” adalah banyaknya tulisan-tulisan, namun minim ulama’. Maksudnya:
Masyarakat mencukupkan diri dengan mempelajari tulisan-tulisan, tanpa bergaul
dengan orang-orang yang ahli hukum.
Hadits ini dan yang semakna
diriwayatkan al-Hakim dalam al-Mustadrak; al-Bazzar; al-Thabarani; al-Haitsami
dalam Majma’ al-Zawaid dan al-Muttaqi al-Hindi dalam Kanz al-‘Ummal.
Status hadits ini adalah shahih.
Kedua-belas
اَنْ يُتَّخَذَ
الاَمَانَةُ مَغْنَمًا وَالزَّكَاةُ مَغْرَمًا، وَيُتَعَلَّمُ الْعِلْمُ لِغَيْرِ
دِيْنٍ.
Amanat dijadikan sebagai barang
jarahan; zakat dijadikan sebagai ganti rugi; dan ilmu dipelajari untuk tujuan selain
agama. [HR. al-Tirmidzi
dari Abu Hurairah RA]
Hadits ini dan yang semakna juga
diriwayatkan oleh al-Thabarani dalam al-Mu’jam al-Kabir dan Mu’jam
al-Ausath; al-Haitsami dalam Majma’ al-Zawaid; al-Tibrizi dalam Misykat
al-Mashabih; dan al-Muttaqi al-Hindi. Status hadits ini adalah dha’if.
Ketiga-belas
إِذَا أَطَاعَ الرَّجُلُ
زَوْجَتَهُ وَ عَقَّ أُمَّهُ، وَأَدْنَى صَدِيْقَهُ وَأَقْصَى أَبَاهُ، وَارْتَفَعَتِ
الأَصْوَاتُ فِي الْمَسَاجِدِ.
Jika seorang suami patuh pada istrinya
dan mendurhakai ibunya; dia dekat kepada temannya, namun jauh dari ayahnya; dan
suara-suara menggema di masjid-masjid. [HR. al-Tirmidzi dari Abu Hurairah
RA]
Keempat-belas
إِذَا ظَهَرَتِ الْقَيْنَاتُ
وَالْمَعَازِفُ وَشُرِبَتِ الْخُمُوْرُ، وَلَعَنَ آخِرُ هَذِهِ الأُمَّةِ أَوَّلَهَا.
Ketika marak para penyanyi dan alat musik;
diminumnya (dikonsumsinya) khamr-khamr; generasi akhir umat (Islam) ini
melaknati generasi awalnya.
[HR. al-Tirmidzi dari Abu Hurairah RA]
Sebenarnya
dua riwayat di atas adalah satu hadits. Selain diriwayatkan oleh al-Tirmidzi,
hadits ini juga diriwayatkan oleh al-Thabarani dalam al-Mu’jam al-Kabir
dan Mu’jam al-Ausath; al-Baihaqi dalam Sunan al-Baihaqi; al-Haitsami
dalam Majma’ al-Zawaid; al-Tibrizi dalam Misykat al-Mashabih; dan
al-Muttaqi al-Hindi. Status hadits ini adalah dha’if.
Kelima-belas
أَنَّ أَمَامَ الدَّجَّالِ
سِنُوْنَ خَدَعَاتٍ، يُكَذَّبُ فِيْهَا الصَّادِقُ، وَيُصَدَّقُ فِيْهَا الْكَاذِبُ،
وَيُخَوَّنُ فِيْهَا الأَمِيْنُ، وَيُؤْتَمَنُ فِيْهَا الْخَائِنُ. وَيَتَكَلَّمُ
فِيْهَا الرُّوَيْبِضَةْ. قِيْلَ: وَمَا الرُّوَيْبَضَةُ؟ قَالَ: الرَّجُلُ
التَّافِهُ يَتَكَلَّمُ فِي أَمْرِ الْعَامَّةِ.
“Sesungguhnya sebelum Dajjal muncul,
ada tahun-tahun penipuan, (yaitu) didustakannya orang yang jujur; dibenarkannya
orang yang dusta; dinilai berkhianatnya orang yang dapat dipercaya; dipercayanya
orang yang berkhianat; pada tahun-tahun itu, Ruwaibidhah ikut berbicara”.
Beliau ditanya: “Apa yang dimaksud Ruwaibidhah?”. Nabi SAW menjawab: “Orang
bodoh yang berbicara tentang masalah publik”. [HR. Ahmad dan Bazzar dari Anas bin
Malik]
Hadits
ini dan yang semakna juga diriwayatkan dalam al-Mu’jam al-Kabir dan al-Mu’jam
al-Ausathi karya al-Thabarani; Sunan Ibn Majah; Musnad Abi Ya’la;
al-Mustadrak karya al-Hakim; Majma’ al-Zawaid karya al-Haitsami
dan Kanz al-‘Ummal karya al-Muttaqi al-Hindi. Status hadits ini adalah shahih.
Keenam-belas
لاَ تَقُوْمُ
السَّاعَةُ حَتَّى تَرَوْا أُمُوْرًا عِظَامًا لَمْ تُحَدِّثُوْا بِهَا أَنْفُسَكُمْ،
يَتَفَاقَمُ شَأْنُهَا فِي اَنْفُسِكُمْ، وَتَسْأَلُوْنَ هَلْ كَانَ نَبِيُّكُمْ ذَكَرَ
لَكُمْ مِنْهَا ذِكْرًا، وَحَتَّى تَرَوْا الْجِبَالَ تَزُوْلَ عَنْ أمَاكِنِهَا.
Hari kiamat tidak akan terjadi
sampai kalian melihat kejadian-kejadian agung yang belum pernah kalian
dengarkan ceritanya; keadaannya terasa gawat bagi diri kalian; dan kalian bertanya-tanya,
apakah Nabi kalian pernah memberikan suatu peringatan terkait kejadian-kejadian
itu?; dan hingga kalian melihat gunung-gunung runtuh dari tempat-tempatnya. [HR. Imam Ahmad dan al-Thabarani
dari Samurah bin Jundub RA]
Hadits ini disebutkan dalam versi
lengkap berupa hadits yang panjang dalam al-Musnad Imam Ahmad; al-Mu’jam
al-Kabir karya al-Thabarani; Sunan al-Baihaqi; Shahih Ibn Hibban;
Shahih Ibn Khuzaimah; al-Mustadrak karya al-Hakim; Majma’
al-Zawaid karya al-Haitsami dan Mushannaf Ibn Abi Syaibah. Status
hadits ini adalah shahih.
Ketujuh-belas
إِذَا وُسِّدَ
الأَمْرُ إِلَى غَيْرِ أَهْلِهِ فَانْتَظِرُوا السَّاعَةَ.
Jika suatu perkara diserahkan kepada
yang bukan ahlinya, maka tunggulah hari kiamat. [HR. Bukhari dari Abu Hurairah RA]
Hadits
ini dan yang semakna juga diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Ibnu Hibban, al-Tibrizi
dalam Misykat al-Mashabih dan al-Muttaqi al-Hindi dalam Kanz
al-‘Ummal. Status hadits ini shahih.
Kedelapan-belas
لاَ تَذْهَبُ الدُّنْيَا
حَتَّى يَمُرَّ الرَّجُلُ عَلَى الْقَبْرِ فَيَتَمَرَّغَ عَلَيْهِ وَيَقُوْلُ: يَا
لَيْتَنِيْ كُنْتُ مَكَانَ صَاحِبِ هَذَا الْقَبْرِ.
Dunia tidak akan musnah sampai
seseorang melewati perkuburan, kemudian dia bolak-balik ke perkuburan dan
berkata: “Seandainya saja aku adalah penghuni kuburan ini”. [HR. Muslim dari Abu Hurairah RA]
Hadits ini dan yang semakna juga
diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Shahih Bukhari dan Ibnu Majah dalam Sunan
Ibn Majah, serta al-Muttaqi al-Hindi dalam Kanz al-‘Ummal. Status
hadits ini adalah shahih.
Kesembilan-belas
لاَ تَقُوْمُ
السَّاعَةُ حَتَّى يَتَسَافُدَ النَّاسُ تَفَاسُدَ الْبَهَائِمِ فِي الطُّرُقِ.
Hari kiamat tidak akan datang sampai
manusia bersetubuh di jalan-jalan layaknya persetubuhan binatang-binatang. [HR. al-Thabarani dari Ibnu Umar]
Hadits
ini dan yang semakna juga diriwayatkan dalam Musnad Ibn Abi Syaibah; Musnad
al-Bazzar dan Kanz al-‘Ummal karya al-Muttaqi al-Hindi. Status
hadits ini shahih menurut Ibnu Hibban dan al-Hakim.
Kedua-puluh
لاَ تَفْنَى هَذِهِ
الأُمَّةُ حَتَّى يَقُوْمَ الرَّجُلُ إِلَى الْمَرْأَةِ فَيَفْتَرِشَهَا فِي
الطَّرِيْقِ، فَيَكُوْنُ خِيَارُهُمْ يَوْمَئِذٍ مَنْ يَقُوْلُ: لَوْ وَارَيْنَا
وَرَاءَ هَذَا الْحَائِطِ.
Umat ini tidak akan musnah sampai
ada laki-laki menemui wanita lalu dia menyetubuhi wanita itu di jalan. Dan
orang pilihan di antara mereka saat itu adalah orang yang berkata: “Hendaknya
kita berhubungan badan di belakang tembok ini”. [HR. Abu Ya'la dari Abu Hurairah
RA]
Hadits lain yang semakna
diriwayatkan oleh al-Thabarani sebagai syahid atau penguat bagi hadits
di atas. Para perawi hadits di atas berstatus al-Tsiqqah.
Kedua puluh-satu
لاَ تَقُوْمُ السَّاعَةُ
حَتَّى تُوْجَدَ الْمَرْأَةُ نَهَارًا تُنْكَحُ اي تُجَامَعُ وَسَطَ الطَّرِيْقِ،
لاَ يُنْكِرُ ذَلِكَ أَحَدٌ، فَيَكُوْنُ أَمْثَلُهُمْ يَوْمَئِذٍ اَلَّذِيْ يَقُوْلُ:
لَوْ نَحَيْتَهَا عَنِ الطَّرِيْقِ قَلِيْلاً، فَذَلِكَ فِيْهِمْ مِثْلُ أَبِيْ بَكْرٍ
وَ عُمَرَ فِيْكُمْ.
Hari kiamat tidak akan terjadi
sampai ada wanita di siang hari disetubuhi di tengah jalan, dan tidak ada seorang
pun yang mengingkari hal itu. Orang yang paling terhormat di antara mereka saat
itu adalah orang yang berkata: “Hendaknya engkau sedikit menjauh dari jalan”.
Orang itu di tengah-tengah mereka layaknya Abu Bakar dan Umar di sisi kalian. [HR. al-Hakim Abu Abdillah dari Abu
Hurairah RA]
Hadits ini juga diriwayatkan oleh al-Thabarani
dalam al-Mu’jam al-Kabir. Status hadits ini adalah shahih menurut
al-Hakim.
Kedua puluh-dua
al-Thabarani meriwayatkan dari Abu
Umamah RA:
وَحَتَّى تَمُرَّ الْمَرْأَةُ
عَلَى الْقَوْمِ، فَيَقُوْمُ أَحَدُهُمْ فَيَرْفَعُ بِذَيْلِهَا كَمَا يَرْفَعُ ذَنْبَ
النَّعْجَةِ، فَيَقُوْلُ بَعْضُهُمْ: أَلاَ وَارَيْتَهَا وَرَاءَ الْحَائِطِ، فَهُوَ
يَوْمَئِذٍ فِيْهِمْ مِثْلُ أَبِيْ بَكْرٍ وَ عُمَرَ فِيْكُمْ.
[Hari kiamat tidak akan terjadi]
sampai ada wanita berjalan di dihadapan suatu kaum, kemudian salah seorang dari
mereka mengangkat rok wanita itu layaknya mengangkat ekor kambing. Lalu sebagian
mereka berkata: “Sebaiknya kita menyetubuhinya di belakang tembok”. Padahal
orang tersebut pada saat itu di tengah-tengah mereka layaknya Abu Bakar dan
Umar RA di tengah-tengah kalian.
Hadits
ini hanya diriwayatkan oleh al-Thabarani dalam al-Mu’jam al-Kabir yang
sekaligus menjadi syahid atau penguat bagi hadits kedua-puluh di atas.
Kedua puluh-tiga
لاَ تَقُوْمُ
السَّاعَةُ حَتَّى تَتَنَاكَرَ الْقُلُوْبُ وَتَخْتَلِفَ الأَقَاوِيْلُ
وَيَخْتَلِفَ الأَخَوَانِ مِنَ الأَبِ وَالأُمِّ فِي الدِّيْنِ.
Hari kiamat tidak akan terjadi
sampai hati-hati manusia saling bermusuhan; pendapat-pendapat saling
berseberangan; dan dua bersaudara dari ayah dan ibu saling berbeda dalam agama. [HR. al-Dailami dari Hudzaifah RA]
Hadits
ini memang hanya diriwayatkan oleh al-Dailami.
Kedua puluh-empat
لاَ تَقُوْمُ السَّاعَةُ
حَتَّى تُتَّخَذَ الْمَسَاجِدُ قَنَاطِرَ، فَلاَ يُسْجَدُ للهَ فِيْهَا، وَحَتَّى
يَبْعَثَ الْغُلاَمُ الشَّيْخَ بَرِيْدًا بَيْنَ الأَفْقَيْنِ، وَحَتَّى يَبْلُغَ
التَّاجِرُ بَيْنَ الأَفْقَيْنِ فَلاَ يَجِدُ رِبْحًا.
Hari kiamat tidak akan tiba sampai
masjid-masjid dijadikan kantor-kantor dan Allah tidak disembah di dalamnya;
anak kecil menyuruh orang tua sebagai tukang pos yang pergi ke sana ke mari;
dan hingga pedagang menjelajah ke sana ke mari, namun dia tidak memperoleh
laba. [HR. al-Thabarani
dari Ibnu Mas'ud RA.]
Hadits ini adalah kinayah (kiasan)
dari tidak adanya rasa cinta kepada shalat; tidak adanya rasa hormat anak-anak kepada
orang dewasa; dan tidak adanya barokah dalam perdagangan, karena banyaknya
kedustaan dan penipuan kepada para pedagang.
Hadits
ini dan yang semakna juga diriwayatkan al-Thahawy dalam Musykil al-Atsar;
al-Shan’any dalam Mushannaf ‘Abd al-Razzaq; al-Haitsami dalam Majma’
al-Zawaid; al-Muttaqi al-Hindi dalam Kanz al-‘Ummal.
Kedua puluh-lima
يَأْتِيْ عَلَى
النَّاسِ زَمَانٌ هِمَّتُهُمْ بُطُوْنُهُمْ، وَشَرَفُهُمْ مَتَاعُهُمْ،
وَقِبْلَتُهُمْ نِسَاؤُهُمْ، وَدِيْنُهُمْ دَرَاهِمُهُمْ وَدَنَانِيْرُهُمْ،
اُوْلَئِكَ شَرُّ الْخَلِيْقِ، وَلاَ خَلاَقَ لَهُمْ عِنْدَ اللهِ.
Akan datang kepada manusia, suatu
masa di mana keinginan kuat (obsesi) mereka adalah (kebutuhan, pent.) perut;
kehormatan mereka adalah harta; kiblat mereka adalah wanita; agama mereka
adalah dirham dan dinar; mereka adalah seburuk-buruk makhluk, tiada bagian
sedikitpun bagi mereka di sisi Allah.
Hadits
ini diriwayatkan oleh al-Silmi; al-Dailami; dan al-Muttaqi al-Hindi dalam Kanz
al-‘Ummal.
Kedua puluh-enam
لاَ تَذْهَبُ
الأَيَّامُ وَاللَّيَالِيُّ حَتَّى يَخْلُقَ الْقُرْأَنُ فِي صُدُوْرِ اَقْوِامٍ
مِنْ هَذِهِ الأُمَّةِ كَمَا يُخْلَقُ الثِّيَابُ، وَيَكُوْنَ مَا سِوَاهُ أَعْجَبَ
لَهُمْ، وَيَكُوْنَ أَمْرُهُمْ طَمْعًا كُلَّهُ، لاَ يُخَالِطُهُ خَوْفٌ اِنْ
قَصَّرَ فِي حَقِّ اللهِ تَعَالَى، مَنَّتْهُ نَفْسُهُ الأَمَانِيَّ، وَاِنْ
يُجَاوِزَ إِلَى مَا نَهَى اللهُ عَنْهُ. قَالَ: اَرْجُوْ اَنْ يَتَجَاوَزَ الله
عَنِّيْ.
Hari-hari dan malam-malam tidak akan
berakhir sampai al-Qur'an menjadi usang (lapuk) di dada para kaum di antara
umatku, seperti usangnya baju-baju. Sedangkan perkara selain al-Qur'an lebih
menakjubkan bagi mereka; semua perkara mereka dilandasi sifat tamak; tanpa ada
sedikitpun rasa takut ketika berbuat teledor dalam hak Allah Ta’ala;
masing-masing orang ingin memenuhi impian-impiannya; jika dia melanggar
larangan Allah, maka dia berkata: “Saya berharap Allah mengampuniku”.
Hadits ini diriwayatkan oleh Abu
Nu’aim dalam al-Hulyah; al-Haitsami dalam Musnad al-Harits dan al-Muttaqi
al-Hindi dalam Kanz al-‘Ummal.
Kedua puluh-tujuh
يَدْرُسُ الاِسْلاَمُ
كَمَا يَدْرُسُ وَشْيُ الثَّوْبِ. حَتَّى لاَ يُدْرَى مَا صِيَامٌ وَلاَ صَلاَةٌ وَلاَ
نُسُكٌ وَلاَ صَدَقَةٌ. وَيَبْقَى طَوَائِفٌ مِنَ النَّاسِ الشَّيْخُ الْكَبِيْرُ
وَالْعَجُوْزُ الْكَبِيْرَةُ، وَيَقُوْلُوْنَ: أَدْرِكْنَا آباءَنَا عَلَى هَذِهِ
الْكَلِمَةِ لا إِلهَ إِلاَّ الله، فَنَحْنُ نَقُوْلُهَا.
Islam akan rusak sebagaimana rusaknya
hiasan baju. Sampai-sampai tidak diketahui apa itu puasa, shalat, haji dan
shadaqah. Kemudian kelompok yang tersisa di tengah-tengah manusia adalah kaum
laki-laki dan wanita yang lanjut usia; mereka berkomentar: “Kami mendapati para
orang tua kami menetapi kalimat ini La Ilaha Illallah, maka kami pun ikut
mengucapkannya”. [HR.
Ibnu Majah dari Hudzaifah bin Al-Yaman RA]
Hadits ini juga diriwayatkan oleh
al-Hakim dalam al-Mustadrak; al-Baihaqi dalam Syu’b al-Iman;
serta dalam Musnad al-Bazzar dan Kanz al-‘Ummal. Status hadits
ini adalah shahih menurut al-Hakim.
Kedua puluh-delapan
لاَ تَقُوْمُ
السَّاعَةُ حَتَّى لاَ يُقَالُ فِي الأَرْضِ لا إِلهَ إِلاَّ الله.
Hari kiamat tidak akan terjadi
sampai tidak lagi diucapkan di muka bumi, (kalimat) La Ilaha Illallah.
Hadits ini diriwayatkan oleh Imam
Ahmad dalam al-Musnad; al-Hakim dalam al-Mustadrak; al-Haitsami
dalam Majma’ al-Zawaid. Status hadits ini shahih menurut
al-Hakim.
Kedua puluh-sembilan
لاَ تَقُوْمُ
السَّاعَةُ حَتَّى يَظْهَرَ الْفُحْشُ وَالْبُخْلُ، وَيُخَوَّنَ الأَمِيْنُ وَيُؤْتَمَنَ
الْخَائِنُ، وَتَهْلِكَ الْوَعُوْلُ وَتَظْهَرَ التَّحُوْتُ، قَالُوْا: يَا
رَسُوْلَ اللهِ، وَمَا التَّحُوْتُ وَالْوَعُوْلُ؟، قَالَ: اَلْوَعُوْلُ وُجُوْهُ
النَّاسِ وَأَشْرَفُهُمْ، وَالتَّحُوْتُ الَّذِيَْن كَانُوْا تَحْتَ اَقْدَامِ
النَّاسِ.
Hari kiamat tidak akan terjadi
sampai marak perbuatan keji dan bakhil; dianggap berkhiatnya orang yang dapat
dipercaya dan diberi amanatnya orang yang khianat; akan rusak para wa'ul dan
akan marak para tahut". Para Shahabat RA bertanya: “Wahai Rasulullah,
apakah yang dimaksud tahut dan wa’ul?” Nabi SAW menjawab: “Wa’ul adalah orang-orang
yang terkemuka dan mulya di masyarakat (yakni, masyarakat kelas atas, pent.);
sedangkan tahut adalah orang-orang yang berada di bawah “telapak kaki” manusia
(yakni, masyarakat kelas bawah, pent.). [HR. al-Thabarani dari Abu Hurairah
RA]
Hadits ini diriwayatkan oleh al-Thabarani
dalam al-Mu’jam al-Ausath. Hadits yang semakna juga diriwayatkan oleh
Abu Ya’la al-Mawshily dan al-Haitsami dalam Majma’ al-Zawaid. Al-Haitsami
menilai bahwa para perawi hadits ini adalah perawi shahih, kecuali
Muhammad bin al-Harits bin Sufyan yang berstatus al-tsiqqah.
Ketiga-puluh
لاَ تَقُوْمُ
السَّاعَةُ حَتَّى تَخْرُجَ سَبْعُوْنَ كَذَّابًا، قُلْتُ: وَمَا اَيَتُهُمْ؟
قَالَ: يَأْتُوْنَكُمْ بِسُنَّةٍ لَمْ تَكُوْنُوْا عَلَيْهَا، يُغَيِّرُوْنَ بِهَا
سُنَّتَكُمْ، فَإِذَا رَأَيْتُمُوْهُمْ فَاجْتَنِبُوْهُمْ.
Hari kiamat tidak akan terjadi
sampai muncul 70 pendusta. Saya bertanya: “Apakah tanda-tanda mereka?”. Nabi
SAW menjawab: “Mereka datang kepada kalian dengan membawa sunnah (Hadits maupun
kebiasaan, pent.) yang kalian belum pernah menetapinya; mereka merubah sunnah
kalian dengan sunnah tersebut. Apabila kalian melihat mereka, maka jauhilah
mereka. [HR.
Bukhari dari Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash RA]
Hadits
yang semakna juga diriwayatkan oleh al-Thabarani. Ada versi lain, redaksi (لاَ تَقُوْمُ
السَّاعَةُ حَتَّى تَخْرُجَ سَبْعُوْنَ كَذَّابًا) menjadi hadits tersendiri yang
diriwayatkan dalam al-Thabarani; al-Tirmidzi; al-Haitsami dalam Musnad
al-Harits dan Majma’ al-Zawaid; serta al-Muttaqi al-Hindi dalam Kanz
al-‘Ummal. Status hadits dengan potongan redaksi ini adalah dha’if.
Ketiga puluh-satu
إِذَا ظَهَرَ
الْقَوْلُ، وَخُزِنَ الْعَمَلُ، وَائْتَلَفَتِ الأَلْسُنُ، وَاخْتَلَفَتِ
الْقُلُوْبُ، وَقَطَعَ كُلُّ ذِيْ رَحْمٍ رَحِمَهُ، فَعِنْدَ ذَلِكَ لَعَنَهُمُ
اللهُ وَأَصَمَّهُمْ وَاَعْمَى اَبْصَارَهُمْ.
Ketika banyak bertebaran perkataan;
digudangkan (ditiadakan, pent.) perbuatan; lisan-lisan bersatu, tapi hati
berseteru; setiap kerabat memutus tali silaturrahimnya; maka ketika itu, Allah
melaknati mereka, membuat mereka tuli dan membutakan penglihatan mereka. [HR. Imam Ahmad dan Abdullah bin
Humaid dari Salman al-Farisi RA]
Hadits ini juga diriwayatkan al-Thabarani
dalam al-Mu’jam al-Kabir dan al-Mu’jam al-Ausath; al-Haitsami
dalam Majma’ al-Zawaid; dan al-Muttaqi al-Hindy dalam Kanz al-‘Ummal;
Imam al-Suyuthi dalam Jami‘ al-Ahadits menyebut hadits ini juga
diriwayatkan oleh Ibn ‘Asakir, al-Hasan bin Sufyan dan al-Khara’ithy. Menurut al-Haitsami,
sanad hadits ini dha’if.
Al-Muttaqi
al-Hindi menjelaskan bahwa bagian awal matan hadits di atas terdapat
dalam Shahih Muslim pada kitab (bab) al-Birr wa al-Shilah.
Sedangkan bagian akhir matan hadits adalah ayat al-Qur’an, tepatnya Surat
Muhammad [47]: 23.
Ketiga puluh-dua
إِذَا النَّاسُ
اَظْهَرُوا الْعِلْمَ، وَضَيَّعُوْا الْعَمَلَ، وَتَحَابُّوْا بِالأَلْسُنِ،
وَتَبَاغَضُوْا بِالْقُلُوْبِ، وَتَقَاطَعُوْا فِي الأَرْحَامِ، لَعَنَهُمُ الله
عِنْدَ ذلِكَ، فَأَصَمَّهُمْ وَأَعْمَى اَبْصَارَهُمْ.
Ketika manusia menampakkan ilmu,
namun menyia-nyiakan amal; saling mengasihi lewat lisan saja, tetapi hatinya
saling benci; mereka memutus tali silaturrahim; maka Allah akan melaknati
mereka pada saat itu. Kemudian membuat mereka tuli dan membutakan penglihatan
mereka. [HR. Ibnu
Abi Dunya dari al-Hasan RA]
Dalam Qurrah al-‘Ainayn fi Syarh
Ahadits Mukhtarah min al-Shahihayn karya Sulaiman bin Muhammad al-Luhaimid
disebutkan bahwa riwayat di atas bukanlah hadits, melainkan perkataan seorang
ulama’ salaf, yaitu al-Hasan al-Bashri.
Referensi
KH. Hasyim Asy’ari. Risalah Ahl al-Sunnah wa al-Jama’ah
dalam al-Irsyad al-Sari. Jombang: Maktabah al-Turats. 2013.