Hikmah Abah Hasyim Muzadi
TINGKATAN UMAT MUSLIM
Dalam kaitannya dengan pelaksanaan syariat Islam, umat muslim terbagi
menjadi tiga tingkatan.
Pertama, Orang Muslim yang Sahun (Lalai atau Sembrono)
Allah SWT berfirman
dalam Surat al-Ma’un [107]: 5
اَلَّذِيْنَ هُمْ عَنْ
صَلاَتِهِمْ سَاهُوْنَ
(Yaitu)
orang-orang yang lalai dari shalatnya. (Q.S. al-Ma’un [107]:
5)
Umat
muslim kelas ini akan marah jika Islam diganggu, namun mereka menjalankan ajaran
Islam sesuka hati dan lebih banyak meninggalkan syariat Islam.
Orang muslim yang Sahun sering mendapatkan kehidupan yang sulit (ma’isyatan dhanka), yaitu sering mengalami stres, bingung dan keadaan carut marut.
Hidup saat ini semakin sulit. Oleh karena itu, banyak orang melakukan bunuh diri karena takut menjalani kehidupan, bukan karena berani mati. Misalnya: Seorang ibu membunuh putranya sendiri, suami membunuh istri, dan lain-lain. Mereka itu bisa jadi termasuk sebagian dari umat muslim, namun orang Islam yang kualitasnya masih sahun.
Kedua, Orang Islam yang Da’im (Ajeg)
Mereka adalah orang muslim yang rutin
menjalankan syariat Islam, namun masih ada sedikit kekurangan dalam pelaksanaan
ajaran Islam. Mereka ini
termasuk ahli surga.
Orang
Islam yang Da’im akan mengalami kesulitan dunia, namun Allah SWT akan
memberi mereka jalan keluar (makhraj).
Hidup ini pasti sulit. Jika kita masih hidup,
kita pasti akan mengalami kesulitan-kesulitan hidup, dan hanya orang mati saja
yang tidak memperoleh kesulitan hidup.
Hal ini dikarenakan orang muslim yang Da’im akan menghadapi kesulitan hidup dengan doa
dan ikhtiar yang sungguh-sungguh, sehingga pada akhirnya Allah SWT memberi
jalan keluar kepadanya.
Memang, semua manusia pasti mengalami kesulitan hidup, baik orang kafir maupun
orang muslim. Akan tetapi, umat muslim masih mempunyai pengharapan kepada Allah
SWT, yaitu Dzat yang tidak bisa menjadi harapan bagi orang kafir. Oleh sebab itu, mari berdoa mudah-mudahan kita selalu diberi jalan keluar oleh Allah
SWT pada akhir kesulitan hidup.
Ketiga, Orang Islam yang Mustaqim (tegak lurus)
Tingkatan orang Islam yang istimewa adalah tingkatan Mustaqim.
Mereka menjalankan ajaran Islam secara lurus, istiqamah dan tidak pernah absen
sama sekali.
Kalaupun seandainya mereka berdosa, maka dosa-dosa mereka hanyalah
dosa-dosa kecil, sehingga orang muslim pada tingkat ini seolah-olah keluar
sinar dari dalam dirinya. Dalam Surat
Fushshilat [41]: 30 disebutkan:
إِنَّ الَّذِيْنَ قَالُوْا
رَبُّنَا اللهُ ثُمَّ اسْتَقمُوْا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَئِكَةُ أَلاَّ
تَخَافُوْا وَلاَ تَحْزَنُوْا وَاَبْشِرُوْا بِالْجَنَّةِ الَّتِيْ كُنْتُمْ
تُوْعَدُوْنَ
Sesungguhnya
orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka
meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat turun kepada mereka dengan
mengatakan: “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah
mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu" (Q.S. Fushshilat [41]: 30)
Yang dimaksud dengan “bersinar” pada ayat di atas adalah orang bersinar di
sisi Allah SWT. Biasanya, orang-orang suka berkumpul di sekelilingnya.
Allah SWT akan memberikan karamah pada orang muslim yang Mustaqim,
karena sikap istiqamah itu bisa mendatangkan karamah.
Kita tidak perlu meminta
karamah kepada Allah SWT, namun kita harus menjalankan ajaran Islam secara
istiqamah, sehingga karamah itu akan datang dengan sendirinya sebagai hasil
dari sikap istiqamah yang kita lakukan.
Meskipun demikian, ada orang Islam yang dikehendaki oleh Allah SWT untuk
dianugerahi karamah.
Marilah kita berdoa dan berusaha untuk meningkatkan kualitas keimanan kita,
setidaknya bisa sampai ke kelas yang kedua (Da’im), lebih-lebih bisa
sampai ke kelas yang ketiga (Mustaqim).
Amin ya Rabbal ’Alamin.