Profil Prof. Dr. M. Quraish Shihab, M.A.
Dr. Rosidin, M.Pd.I
http://www.dialogilmu.com
Quraish Shihab bersama Najwa Shihab |
Dari Buaian Hingga Berkeluarga
Nama
lengkapnya, Muhammad Quraish Shihab. Biasa dipanggil Pak Quraish Shihab atau
Ustadz Quraish Shihab. Beliau lahir tanggal 16 Februari 1944 di Rappang,
Sulawesi Selatan. Quraish Shihab adalah anak keempat dari 12 bersaudara. Ibunda,
Asma Aburisyi. Ayahanda, Prof. KH. Abdurrahman Shihab. Sang ayah merupakan ulama,
guru besar tafsir, pengusaha, dan politikus terkemuka di Sulawesi Selatan. Sang
ayah juga tercatat sebagai rektor dua perguruan tinggi di Makassar (dulu
disebut Ujung Pandang), yaitu: Universitas Muslim Indonesia pada periode 1959–1965
dan IAIN Alauddin pada periode 1972–1977.
Pada
ayahnya, Quraish Shihab belajar ilmu agama; sedangkan pada ibunya, Quraish
Shihab belajar ilmu kehidupan. Beliau berkisah, “Aku, meskipun telah dewasa,
masih kecil jika berhadapan dengannya. Ketika tua pun, aku masih kanak-kanak saat
bersamanya. Aku masih senang berada di pembaringannya, walau aku telah berumah
tangga. Aku merengek tanpa malu, menciumnya tanpa puas, berlutut dengan bangga
di hadapannya”.
Wafatnya
sang ibu pada tahun 1986 adalah momen paling menyedihkan bagi Quraish Shihab.
Dalam sehari, Quraish Shihab membacakan Al-Fatihah sebanyak tujuh kali untuk
ibu yang dirindukannya itu. Quraish Shihab menulis sebuah kalimat tentang ibu, “Ibu
adalah salah satu ciptaan Tuhan yang paling mengagumkan. Hatinya adalah
anugerah Tuhan yang terindah. Dunia dan seisinya tidak sepadan dengan kasih
sayang ibu. Ibu lebih agung, ibu lebih indah, ibu lebih kuat. Ibu adalah sumber
memperoleh kebajikan”.
Quraish
Shihab menjalin mahligai rumah tangga dengan Fatmawaty Assegaf pada 2 Februari
1975 di Solo. Ketika itu, Quraish Shihab berusia 30 tahun, sedangkan sang istri
masih berusia 20 tahun. Dalam biografinya, Cahaya, Cinta dan Canda Quraish
Shihab, Quraish Shihab berkisah: “Setiap malam saya juga selalu berdoa agar
istri saya pandai berbahasa Inggris dan Prancis”. Pada pertemuan pertama dengan
calon istri, Quraish Shihab langsung merasa nyaman. Seperti ada rasa klop,
cocok. “Saya kira pengaruh dari ajaran agama. Hati itu punya kelompok, al-arwah
junud mujannadah. Yang berkenalan hatinya, akan langsung klop. Yang tidak,
akan berjauhan”. Fatmawati Assegaf merupakan anak kedelapan dari 15 bersaudara,
putri pasangan pengusaha batik, Murni Ali Abu Bakar Assegaf dan Khadijah.
Pasangan
Quraish Shihab-Fatmawaty Assegaf dikaruniai lima orang anak: Najelaa Shihab,
Najwa Shihab, Nasywa Shihab, Ahmad Shihab, dan Nahla Shihab. Seluruh putrinya
diberi nama dengan awalan huruf Nun, karena menurut Quraish Shihab, Nun adalah
abjad istimewa, berdiri sendiri dan mengandung makna yang positif. Bagi anak-anaknya,
Quraish Shihab adalah sosok ayah yang periang dan suka bercanda. Contoh
candanya, Quraish Shihab mengaku kepada anak-anaknya bahwa beliau mengidolakan
pemain sepakbola bernama Qreschev. Setelah ditelusuri, itu hanyalah nama lain
dari Quraish Shihab sendiri.
Dalam
mendidikan perilaku religius, Quraish Shihab sangat disiplin. Semua anaknya
harus berada di rumah saat shalat Maghrib. Mereka memiliki tradisi untuk ikut
shalat berjamaah. Setelah itu, mereka membaca wirid, kemudian mengaji al-Qur’an.
Setiap malam, rumah Quraish Shihab selalu semarak dengan bacaan al-Qur’an.
bacaan wirid yang dibaca setiap malam adalah Ratib al-Haddad, sedangkan di pagi
hari membaca Wirid Lathif yang bertujuan untuk melenyapkan kesusahan,
kesedihan, kegelisahan, mempermudah rezeki serta memenuhi kebutuhan.
Terkait
pendidikan, Quraish Shihab membebaskan anak-anaknya untuk memilih bidang apapun
yang hendak di masuki. Beliau percaya bahwa dengan pondasi keagamaan yang
kokoh, anak-anaknya tidak akan tersesat. Tak heran jika semua anak Quraish
Shihab menekuni beragam profesi. Ada yang menjadi psikolog, jurnalis dan
presenter televisi, dokter, hingga bisnis di bidang IT. Meskipun profesi mereka
berbeda, namun di malam hari, seusai shalat Maghrib, mereka semua menjadi
bagian shalat berjamaah dan melafalkan doa-doa yang sama.
Quraish
Shihab bahwa warisan keluarga yang paling berharga adalah nilai dan karakter
hidup. Harta bisa habis, tapi nilai-nilai yang ditanamkan sedari kecil tidak. “Fondasi
paling dasar berupa agama, budaya, kecintaan membaca ke depan akan sangat
berpengaruh bagi generasi selanjutnya”.
Hingga
saat ini, anak-anak Quraish Shihab masih menunjukkan keakraban dengan sang
ayah, sebagaimana cerita Najwa Syihab berikut: “Saya sengaja mengambil rumah tidak jauh
dari rumah Abi agar sering ketemu, berangkat mampir dulu salaman atau sekadar
ngobrol-ngobrol dulu usai membaca. Apalagi sekarang dibantu juga dengan
teknologi dengan adanya grup WA setiap informasi apapun disampaikan di grup”.
Jejak
Akademik dan Non Akademik
Rasa
cinta Quraish Shihab terhadap al-Qur’an bermula dari sang ayah yang sering
memberi nasihat berupa ayat-ayat al-Qur’an. Sejak usia 6-7 tahun, Quraish
Shihab sudah rajin mengikuti pengajian al-Qur’an yang diadakan ayahnya. Selain
menyuruh membaca al-Qur’an, sang ayah juga menguraikan secara sepintas
kisah-kisah dalam al-Qur’an.
Pendidikan
formal Quraish Shihab dimulai dari Sekolah Dasar di Ujung Pandang (Makassar). Pada
usia 12 tahun, Quraish Shihab sempat “nyantri” di Pondok Pesantren Darul Hadits
al-Faqihiyah, Malang (1956-1958).
Selanjutnya
Quraish Shihab beserta adiknya (Alwi Shihab) dikirim oleh ayahnya ke Al-Azhar Kairo.
Mereka berangkat ke Kairo pada tahun 1958, saat usia Quraish Shihab baru 14
tahun. Di sana, Quraish Shihab diterima di kelas dua I’dadiyah Al-Azhar
(setingkat SMP atau MTs di Indonesia). Lalu lulus tingkat SMA/MA pada tahun
1963.
Pada
tahun 1963, Quraish Shihab melanjutkan studi ke Universitas al-Azhar pada
Fakultas Ushuluddin, Jurusan Tafsir dan Hadits. Pada tahun 1967, Quraish Shihab
meraih gelar Lc. (setingkat Sarjana S1). Dua tahun kemudian (1969), Quraish
Shihab meraih gelar M.A. dengan tesis berjudul “al-I’jaz at-Tasryri’i
al-Qur’an al-Karim (Kemukjizatan al-Qur’an al-Karim dari Segi Hukum)”.
Setelah
berhenti sejenak untuk kembali ke Indonesia atas perintah sang ayah, Quraish
Shihab melanjutkan studinya di Al-Azhar pada tahun 1980 dengan mengambil
spesialisasi Studi Tafsir al-Qur’an. Hanya dalam waktu dua tahun, Quraish
Shihab meraih gelar Doktor dengan disertasi berjudul “Nazhm al-Durar li
al-Biqa’i: Tahqiq wa Dirasah yang mengkaji Kitab Tafsir Nazhm al-Durar
karya al-Biqa’i dan meraih penghargaan tertinggi (Tingkat I): Mumtaz Ma’a
Martabah al-Syaraf al-Ula dengan yudisium Summa Cum Laude. Boleh
dikatakan, Quraish Shihab adalah doktor pertama dari Indonesia, di bidang ilmu
al-Qur’an, mengingat mayoritas akademisi Indonesia bergelut di bidang Fikih.
Jejak
Perjuangan dan Pengabdian
Pada
tahun 1973, Quraish Shihab dipanggil pulang oleh ayahnya yang ketika itu
menjabat sebagai rektor, untuk membantu mengelola pendidikan di IAIN Alauddin. Quraish
Shihab ditunjuk menjadi Wakil Rektor Bidang Akademis dan Kemahasiswaan sampai
tahun 1980. Di samping itu, Quraish Shihab sering mewakili sang ayah yang uzur
karena usia dalam menjalankan tugas-tugas pokok tertentu. Berturut-turut
setelah itu, Quraish Shihab diserahi berbagai jabatan, seperti Koordinator Perguruan
Tinggi Swasta Wilayah VII (Indonesia Bagian Timur).
Tahun
1984, Quraish Shihab berpindah tugas dari IAIN Alauddin Makassar ke IAIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, sebagai dosen Tafsir dan Ulumul Qur’an di Program S1, S2
dan S3 sampai tahun 1998. Bahkan Quraish Shihab dipercaya menduduki jabatan
Rektor IAIN Jakarta selama dua periode (1992-1996 dan 1997-1998). Setelah itu, Quraish
Shihab ditunjuk sebagai Menteri Agama pada Kabinet Pembangunan VII (1998)
selama kurang lebih dua bulan. Jabatan Menteri Agama tak lama, karena
lengsernya Presiden Soeharto bersamaan berakhirnya rezim Orde Baru pada 1998.
Saat lahirnya Era Reformasi, Quraish Shihab ditugaskan menjadi Duta Besar Luar
Biasa dan Berkuasa Penuh Republik Indonesia untuk negara Republik Arab Mesir
dan berkedudukan di Kairo. Sejak 2004 hingga sekarang, Quraish Shihab menjadi
Direktur Pusat Studi Qur’an.
Kehadiran
Quraish Shihab di Jakarta disambut hangat oleh masyarakat luas. Buktinya,
Quraish Shihab dipercaya menduduki sejumlah jabatan penting, seperti Ketua
Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat (sejak 1984), Anggota Lajnah Pentashhih
Al-Qur’an Departemen Agama sejak 1989. Quraish Shihab juga terlibat dalam
beberapa organisasi profesional, antara lain Asisten Ketua Umum Ikatan Cendekiawan
Muslim se-Indonesia (ICMI); Pengurus Perhimpunan Ilmu-ilmu Syariah, dan
Pengurus Konsorsium Ilmu-ilmu Agama Dapertemen Pendidikan dan Kebudayaan; Dewan
Redaksi Studia Islamika: Indonesian Journal for Islamic Studies, Ulumul
Qur’an, Mimbar Ulama, dan Refleksi: Jurnal Kajian Agama dan Filsafat.
Jejak
Prestasi dan Peninggalan
Quraish
Shihab dikenal sebagai penulis dan penceramah yang handal. Kegiatan ceramah dilakukan
di sejumlah masjid bergengsi di Jakarta, seperti Masjid Al-Tin dan Fathullah; di
lingkungan pejabat pemerintah, seperti pengajian Istiqlal; serta di sejumlah
stasiun televisi, khususnya di.bulan Ramadhan, seperti Metro TV dan RCTI.
Ceramah
Quraish Shihab diterima oleh semua lapisan masyarakat, karena mampu
menyampaikan pendapat dan gagasan dengan bahasa yang sederhana, namun lugas,
rasional dan moderat.
Quraish
Shihab adalah pakar tafsir al-Qur’an di Indonesia yang piawai dalam menerjemahkan
dan menyampaikan pesan-pesan al-Qur’an sesuai konteks masa modern bahkan post-modern.
Lebih dari itu, Quraish Shihab memiliki sifat-sifat sebagai guru atau pendidik
yang patut diteladani. Penampilannya yang sederhana, tawadhu’, tutur kata yang
santun (hampir tidak pernah ditemui tutur kata beliau yang menyakitkan hati
orang lain), kasih sayang kepada semua makhluk (bahkan melarang umat muslim
untuk memetik kuntum bunga yang belum mekar), jujur, amanah, dan tegas terhadap
prinsip-prinsip agama.
Contoh
sikap tawadhu yang patut diteladani dari figur Quraish Shihab adalah keengganan
beliau dipanggil “Habib” maupun “Kiai”. Sesungguhnya, Quraish Shihab memiliki
hampir semua persyaratan untuk menjadi habib. Beliau adalah cucu dari Habib Ali
ibn Abdurrahman, habib asli asal Hadhramaut, Yaman. Secara keilmuan, Quraish
Shihab dihormati berbagai kalangan karena kemampuan akademik dan agama yang luar
biasa.
Quraish
Shihab merasa keberatan menyandang gelar habib dikarenakan pengertian dan kesan
tentang habib di Indonesia berkembang jauh menjadi sebuah kesan bahwa habib
adalah orang yang berilmu wahid dan dekat dengan Rasulullah SAW. Quraish Shihab
juga khawatir adanya kemungkinan asosiasi Rasulullah SAW dengan dirinya. Singkatnya,
gelar habib di Indonesia menurut Quraish Shihab “mengandung unsur pujian”. Oleh
sebab itu, beliau bersikukuh menolak memakai gelar habib, meskipun berhak. Terlebih
sang ayah, KH. Abdurrahman telah mengajarkan kepada anak-anaknya untuk tidak
menonjolkan gelar apapun, apalagi yang berasal dari garis keturunan.
Quraish
Shihab bertutur: “Saya merasa, saya butuh untuk dicintai, saya ingin
mencintai. Tapi rasanya saya belum wajar untuk jadi teladan. Karena itu saya
tidak, belum ingin dipanggil Habib”. Quraish Shihab juga enggan menyandang
gelar kiai. “Udah deh, nggak usah repot-repot pangil saya habib atau kiai.
Panggil saya ustadz saja,” tutur Quraish Shihab.
Terkait
sikap moderat, ketika Quraish Shihab dituduh sebagai Syi’ah, beliau menjawab: “Sayalah
yang paling konsisten di antara kakak-adik. Berada di tengah, dan memilih
organisasi yang lebih menyatukan umat. Saya bukan NU, Muhammadiyah, Sunni, atau
Syi'ah”.
Quraish
Shihab menyebutkan bahwa hidupnya diwarnai oleh prinsip mempertemukan. “Usahakanlah
mempertemukan dua hal yang berbeda atau bahkan bertolak belakang. Usahakan
mempertemukan paham Jabariah (fatalisme) dengan Qadariyah (free will).
Mempertemukan hati dengan akal, iman, dan ilmu,” tutur Quraish Shihab.
Prinsip
ini yang kemudian mendorong Quraish Shihab menulis buku Sunni Syiah
Bergandengan Tangan, Mungkinkah?. Beliau bertutur: “Hati saya puas
dengan terbitnya buku itu, nalar saya pun tidak keberatan dengan sanggahan atau
tuduhan orang. Sekali waktu bahwa saya Syi'i (Syiah) di kali lain Sunni, sekali
Asy'ari di kali lain Mu'tazili, bahkan kalau ada yang berkata lebih dari itu,
silakan saja”.
Prestasi
yang sangat menonjol dari Shihab adalah keberhasilannya menjadi mufasir
Indonesia melalui magnumopusnya yang berjudul Tafsir al-Mishbah. Materi Tafsir
al-Mishbah mencapai lebih dari 10.000 halaman dan terdiri dari 15 volume dengan
rincian: Vol 1: Q.S. al-Fatihah s/d al-Baqarah. Vol 2: Q.S. Ali ‘Imran s/d
al-Nisa’. Vol 3: Q.S. al-Ma’idah. Vol. 4: Q.S. al-An’am. Vol 5: Q.S. al-A’raf
s/d al-Taubah. Vol 6: Q.S. Yunus s/d al-Ra’d. Vol 7: Q.S. Ibrahim s/d al-Isra’.
Vol 8: Q.S. al-Kahfi s/d al-Anbiya’. Vol 9: Q.S. al-Hajj s/d al-Furqan. Vol 10:
Q.S. al-Syu’ara’a s/d al-‘Ankabut. Vol 11: Q.S. al-Rum s/d Yasin. Vol 12: Q.S.
al-Shaffat s/d al-Zukhruf. Vol 13: Q.S. al-Dukhan s/d al-Waqi’ah. Vol 14: Q.S.
al-Hadid s/d al-Mursalat. Vol 15: Q.S. al-Naba’ s/d al-Nas.
KH. Abdullah
Gymnastiar (Aa Gym) memberikan testimoni terkait Tafsir al-Mishbah sebagai
berikut: “Setiap kata yang lahir dari rasa cinta, pengetahuan yang luas dan
dalam, serta lahir dari sesuatu yang
telah menjadi bagian dirinya niscaya akan memiliki kekuatan daya sentuh, daya
hunjam dan daya dorong bagi orang-orang yang menyimaknya. Demikianlah yang saya
rasakan ketika membaca tulisan dari guru yang kami cintai, Prof. Dr. M. Quraish
Shihab”. Bahkan pemerhati karya tafsir Nusantara, Howard M. Federspiel,
merekomendasikan agar karya-karya tafsir Quraish Shihab menjadi “bacaan wajib”
bagi setiap muslim di Indonesia saat ini.
Quraish
Shihab telah menghasilkan beragam karya tulis. Berikut daftar karya beliau: 1) Tafsir
al-Manar, Keistimewaan dan Kelemahannya (Ujung Pandang, IAIN Alauddin,
1984); 2) Menyingkap Tabir Ilahi; Asma al-Husna dalam Perspektif al-Qur'an
(Jakarta: Lentera Hati, 1998); 3) Untaian Permata Buat Anakku (Bandung:
Mizan 1998); 4) Pengantin al-Qur'an (Jakarta: Lentera Hati, 1999); 5) Haji
Bersama Quraish Shihab (Bandung: Mizan, 1999); 6) Sahur Bersama Quraish
Shihab (Bandung: Mizan, 1999); 7) Panduan Puasa Bersama Quraish Shihab
(Jakarta: Penerbit Republika, 2000); 8) Panduan Shalat Bersama Quraish
Shihab (Jakarta: Penerbit Republika, 2003); 9) Anda Bertanya, Quraish
Shihab Menjawab Berbagai Masalah KeIslaman (Mizan Pustaka); 10) Fatwa-Fatwa
M. Quraish Shihab Seputar Ibadah Mahdah (Bandung: Mizan, 1999);
11)
Fatwa-Fatwa M. Quraish Shihab Seputar Al Quran dan Hadits (Bandung:
Mizan, 1999); 12) Fatwa-Fatwa M.
Quraish Shihab Seputar Ibadah dan Muamalah (Bandung: Mizan, 1999); 13) Fatwa-Fatwa
M. Quraish Shihab Seputar Wawasan Agama (Bandung: Mizan, 1999); 14) Fatwa-Fatwa
M. Quraish Shihab Seputar Tafsir Al Quran (Bandung: Mizan, 1999); 15) Satu
Islam, Sebuah Dilema (Bandung: Mizan, 1987); 16) Filsafat Hukum Islam
(Jakarta: Departemen Agama, 1987); 17) Pandangan Islam Tentang Perkawinan
Usia Muda (MUI & Unesco, 1990); 18) Kedudukan Wanita Dalam Islam
(Departemen Agama); 19) Membumikan al-Qur'an; Fungsi dan Kedudukan Wahyu
dalam Kehidupan Masyarakat (Bandung: Mizan, 1994); 20) Lentera Hati;
Kisah dan Hikmah Kehidupan (Bandung: Mizan, 1994);
21)
Studi Kritis Tafsir al-Manar (Bandung: Pustaka Hidayah, 1996); 22) Wawasan
al-Qur'an; Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan Umat (Bandung: Mizan,
1996); 23) Tafsir al-Qur'an (Bandung: Pustaka Hidayah, 1997); 24) Secercah
Cahaya Ilahi; Hidup Bersama Al-Qur'an (Bandung; Mizan, 1999); 25) Hidangan
Ilahi, Tafsir Ayat-ayat Tahlili (Jakarta: Lentara Hati, 1999); 26) Jalan
Menuju Keabadian (Jakarta: Lentera Hati, 2000); 27) Tafsir Al-Mishbah;
Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur'an (15 Volume, Jakarta: Lentera Hati,
2003); 28) Menjemput Maut; Bekal Perjalanan Menuju Allah SWT (Jakarta:
Lentera Hati, 2003); 29) Jilbab Pakaian Wanita Muslimah; dalam Pandangan
Ulama dan Cendekiawan Kontemporer (Jakarta: Lentera Hati, 2004); 30) Dia
di Mana-mana; Tangan Tuhan di balik Setiap Fenomena (Jakarta: Lentera Hati,
2004);
31)
Perempuan (Jakarta: Lentera Hati, 2005); 32) Logika Agama; Kedudukan
Wahyu & Batas-Batas Akal Dalam Islam (Jakarta: Lentera Hati, 2005); 33)
Rasionalitas al-Qur'an; Studi Kritis atas Tafsir al-Manar (Jakarta:
Lentera Hati, 2006); 34) Menabur Pesan Ilahi; al-Qur'an dan Dinamika
Kehidupan Masyarakat (Jakarta: Lentera Hati, 2006); 35) Wawasan
al-Qur'an Tentang Dzikir dan Doa (Jakarta: Lentera Hati, 2006); 36) Asmâ'
al-Husnâ: Dalam Perspektif al-Qur'an (4 buku dalam 1 boks) (Jakarta:
Lentera Hati); 37) Sunnah-Syiah Bergandengan Tangan! Mungkinkah? Kajian atas
Konsep Ajaran dan Pemikiran (Jakarta: Lentera Hati, Maret 2007); 38) Al-Lubâb;
Makna, Tujuan dan Pelajaran dari al-Fâtihah dan Juz ‘Amma (Jakarta: Lentera
Hati, Agustus 2008); 39) 40 Hadits Qudsi Pilihan (Jakarta: Lentera Hati);
40) Berbisnis dengan Allah: Tips Jitu Jadi Pebisnis Sukses Dunia Akhirat
(Jakarta: Lentera Hati);
41)
M. Quraish Shihab Menjawab: 1001 Soal KeIslaman yang Patut Anda Ketahui
(Jakarta: Lentera Hati, 2008); 42) Doa Harian Bersama M. Quraish Shihab
(Jakarta: Lentera Hati, Agustus 2009); 43) Seri yang Halus dan Tak Terlihat:
Jin dalam al-Qur'an (Jakarta: Lentera Hati); 44) Seri yang Halus dan Tak
Terlihat: Malaikat dalam al-Qur'an (Jakarta: Lentera Hati); 45) Seri
yang Halus dan Tak Terlihat: Setan dalam al-Qur'an (Jakarta: Lentera Hati);
46) M. Quraish Shihab Menjawab: 101 Soal Perempuan yang Patut Anda Ketahui
(Jakarta: Lentera Hati, Maret 2010); 47) Al-Qur'ân dan Maknanya: Terjemahan
Makna disusun oleh M. Quraish Shihab (Jakarta: Lentera Hati, Agustus 2010);
48) Membumikan al-Qur'ân Jilid 2; Memfungsikan Wahyu dalam Kehidupan
(Jakarta: Lentera Hati, Februari 2011); 49) Membaca Sirah Nabi Muhammad SAW,
dalam sorotan Al-Quran dan Hadits Shahih (Jakarta: Lentera Hati, Juni 2011);
50) Do'a al-Asmâ' al-Husnâ (Doa yang Disukai Allah SWT) (Jakarta:
Lentera Hati, Juli 2011); 51) Tafîr Al-Lubâb: Makna, Tujuan, dan Pelajaran
dari Surah-Surah Al-Qur'ân (Boxset terdiri dari 4 buku) (Jakarta: Lentera
Hati, Juli 2012).
Referensi
https://tafsiralmishbah.wordpress.com/biografi-m-quraish-shihab/
[diakses 25 Desember 2017]
http://bio.or.id/biografi-quraish-shihab/
[diakses 25 Desember 2017]
http://majalahkartini.co.id/inspiratif/kisah/inilah-nilai-kehidupan-yang-diterapkan-keluarga-najwa-shihab/ [diakses 25 Desember 2017]
http://www.timur-angin.com/2017/07/jusuf-kalla-quraish-shihab-dan-kisah.html
[diakses 25 Desember 2017]
http://news.liputan6.com/read/3052074/keluarga-najwa-shihab-menjawab-tudingan-soal-paham-syiah
[diakses 25 Desember 2017]
http://batamnews.co.id/berita-5366-kisah-cinta-quraish-shihab-yang-berdoa-dapat-jodoh-jago-bahasa-inggris-dan-prancis.html
[diakses 25 Desember 2017]
https://www.viva.co.id/siapa/read/100-quraish-shihab
[diakses 25 Desember 2017]
https://profilbiodataustadz.blogspot.co.id/2016/11/profil-biodata-dan-biografi-lengkap_27.html
[diakses 25 Desember 2017]
https://kumparan.com/@kumparannews/quraish-shihab-sekeluarga-memilih-melepas-gelar-habib
[diakses 25 Desember 2017]
http://www.cordova-bookstore.com/almisbah.htm
[diakses 25 Desember 2017]
Posting Komentar untuk "Profil Prof. Dr. M. Quraish Shihab, M.A."