Hadis Tarbawi Empat Tipe Manusia Berdasarkan Harta dan Ilmunya
Harta sebagai Sarana Taat atau Maksiat? |
Dr.
Rosidin, M.Pd.I
http://www.dialogilmu.com
إنَّمَا الدُّنْيَا
لأرْبَعَةِ نَفَرٍ: عَبْدٍ رَزَقَهُ اللهُ مَالاً وَعِلماً، فَهُوَ يَتَّقِي فِيهِ
رَبَّهُ، وَيَصِلُ فِيهِ رَحِمَهُ، وَيَعْلَمُ للهِ فِيهِ حَقَّاً، فَهذا بأفضَلِ
المَنَازِلِ. وَعَبْدٍ رَزَقهُ اللهُ عِلْماً، وَلَمْ يَرْزُقْهُ مَالاً، فَهُوَ صَادِقُ
النِّيَّةِ، يَقُولُ: لَوْ أنَّ لِي مَالاً لَعَمِلتُ بِعَمَلِ فُلانٍ، فَهُوَ
بنيَّتِهِ، فأجْرُهُمَا سَوَاءٌ. وَعَبْدٍ رَزَقَهُ الله مَالاً، وَلَمَ
يَرْزُقْهُ عِلْماً، فَهُوَ يَخبطُ في مَالِهِ بغَيرِ عِلْمٍ، لاَ يَتَّقِي فِيهِ
رَبَّهُ، وَلاَ يَصِلُ فِيهِ رَحِمَهُ، وَلاَ يَعْلَمُ للهِ فِيهِ حَقّاً، فَهذَا
بأَخْبَثِ المَنَازِلِ. وَعَبْدٍ لَمْ يَرْزُقْهُ اللهُ مَالاً وَلاَ عِلْماً،
فَهُوَ يَقُولُ: لَوْ أنَّ لِي مَالاً لَعَمِلْتُ فِيهِ بعَمَلِ فُلاَنٍ، فَهُوَ
بنِيَّتِهِ، فَوِزْرُهُمَا سَوَاءٌ (رواه الترمذي)
Nilai-nilai Pendidikan:
(1) Orang pertama memiliki harta maupun
ilmu; lalu digunakan sebagai bekal beribadah ritual kepada Allah SWT dan
beribadah sosial kepada sesama manusia. Ini adalah posisi manusia yang paling
istimewa. Umat muslim boleh “iri hati yang positif” (ghibthah) pada
orang pertama ini, sebagaimana Hadis Nabi SAW:
لاَ
حَسَدَ إِلاَّ عَلَى اثْنَتَيْنِ ، رَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ الْكِتَابَ وَقَامَ بِهِ
آنَاءَ اللَّيْلِ ، وَرَجُلٌ أَعْطَاهُ اللَّهُ مَالاً فَهْوَ يَتَصَدَّقُ بِهِ
آنَاءَ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ (رواه البخاري)
“Tidak boleh isi hati kecuali pada dua orang. Orang yang
dianugerahi (ilmu) al-Qur’an oleh Allah dan dia mengamalkannya di tengah malam;
dan orang yang dianugerahi harta oleh Allah dan dia bersedekah di tengah malam
dan siang” (H.R. al-Bukhari).
(2)
Orang kedua memiliki ilmu, namun tidak memiliki harta, sedangkan dia memiliki
niat sungguh-sungguh: “Seandainya aku memiliki harta, niscaya aku beramal
sebagaimana amal si fulan (orang pertama)”. Dengan niat tersebut, dia meraih pahala
sebagaimana orang pertama, namun pahalanya tidak dilipat-gandakan. Karena hanya
orang yang beramal saja yang pahalanya digandakan 10 (sepuluh) kali lipat. Itulah
mengapa terjadi perbedaan antara orang yang berjuang di jalan Allah SWT, dengan
orang yang duduk-duduk saja karena udzur, namun memiliki niat berjuang (Q.S.
al-Nisa’ [4]: 95-96).
لَا
يَسْتَوِي الْقَاعِدُونَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ غَيْرُ أُولِي الضَّرَرِ
وَالْمُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فَضَّلَ
اللَّهُ الْمُجَاهِدِينَ بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ عَلَى الْقَاعِدِينَ
دَرَجَةً وَكُلًّا وَعَدَ اللَّهُ الْحُسْنَى وَفَضَّلَ اللَّهُ الْمُجَاهِدِينَ
عَلَى الْقَاعِدِينَ أَجْرًا عَظِيمًا (95) دَرَجَاتٍ مِنْهُ وَمَغْفِرَةً وَرَحْمَةً
وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا (96)
Tidaklah sama antara mukmin yang duduk (yang tidak
ikut berperang) yang tidak mempunyai ‘uzur dengan orang-orang yang berjihad di
jalan Allah dengan harta mereka dan jiwanya. Allah melebihkan orang-orang yang
berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang duduk satu derajat.
Kepada masing-masing mereka Allah menjanjikan pahala yang baik (surga) dan
Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang duduk dengan pahala
yang besar, (yaitu) beberapa derajat dari pada-Nya, ampunan serta rahmat. Dan
adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang
(Q.S. al-Nisa’ [4]: 95-96).
(3)
Orang ketiga memiliki harta, namun tidak memiliki ilmu. Dia menghambur-hamburkan
hartanya tanpa didasari ilmu; sehingga tidak digunakan untuk ibadah ritual
maupun ibadah sosial. Ini adalah posisi manusia yang paling buruk. Misalnya
perilaku orang yang dikecam oleh Allah SWT sebagai pendusta agama (Q.S.
al-Ma’un [107]: 1-2).
أَرَأَيْتَ الَّذِي يُكَذِّبُ بِالدِّينِ (1)
فَذَلِكَ الَّذِي يَدُعُّ الْيَتِيمَ (2)
Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama (hari pembalasan)? Itulah orang yang menghardik anak yatim
(Q.S. al-Ma’un [107]: 1-2).
Asbabun
nuzul ayat ini adalah orang kafir yang sedang menyembelih unta, lalu datang
anak yatim yang meminta daging unta. Lantas orang kafir itu menghardik atau
membiarkan anak yatim tersebut.
(4)
Orang keempat tidak memiliki harta maupun ilmu, lalu dia berkata: “Seandainya
aku memiliki harta, niscaya aku akan beramal sebagaimana amal si fulan (orang
ketiga)”. Dengan niat tersebut, dia mendapat dosa sebagaimana orang ketiga.
Hanya saja, status orang keempat ini masih dipilah menjadi tiga kategori.
Pertama, Jika orang niat bermaksiat, lalu tidak jadi bermaksiat,
semata-mata karena Allah SWT, maka tergolong amal shalih yang berpahala. Misalnya,
salah satu dari tiga orang yang terjebak dalam gua, yang mengaku hampir berbuat
asusila dengan wanita yang dicintainya, lalu tidak jadi bermaksiat semata-mata
karena Allah SWT (H.R. al-Bukhari).
Kedua, Jika orang niat bermaksiat, lalu tidak jadi bermaksiat,
dikarenakan takut manusia, maka dia dinilai berdosa. Para ulama berkata:
تَرْكُ
الْعَمَلِ لِلنَّاسِ رِيَاءٌ، وَالْعَمَلُ لَهُمْ شِرْكٌ.
“Meninggalkan suatu amalan karena manusia
adalah riya’, sedangkan melakukan suatu amalan karena manusia adalah syirik”.
Ketiga, Jika orang niat bermaksiat, lalu berupaya melakukan
kemaksiatan tersebut, namun terhalang sesuatu sehingga tidak jadi bermaksiat, maka
dia dinilai bermaksiat. Sesuai Hadis Nabi SAW:
إِذَا
الْتَقَى الْمُسْلِمَانِ بِسَيْفَيْهِمَا فَالْقَاتِلُ وَالْمَقْتُولُ فِى
النَّارِ. فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ هَذَا الْقَاتِلُ فَمَا بَالُ
الْمَقْتُولِ قَالَ « إِنَّهُ كَانَ حَرِيصًا عَلَى قَتْلِ صَاحِبِهِ »
“Ketika dua orang muslim bertengkar
dengan pedang; maka pembunuh dan terbunuh sama-sama masuk neraka”. Saya bertanya,
“Wahai Rasulullah, pembunuh ini (memang pantas masuk neraka), lalu bagaimana
keadaan terbunuh (sehingga masuk neraka juga)?” Rasulullah SAW menjawab: “Sesungguhnya
dia berusaha membunuh saudaranya (namun kalah cepat)” (H.R. al-Bukhari).
Wallahu
A’lam bi al-Shawab.
Malang, 29 Januari 2018
Posting Komentar untuk "Hadis Tarbawi Empat Tipe Manusia Berdasarkan Harta dan Ilmunya"