Tafsir Tematik Jahiliyah Modern
Dr.
Rosidin, M.Pd.I
http://www.dialogilmu.com
Prolog
“Sejarah akan terulang kembali”. Manusia,
zaman dan ruang bersifat dinamis (bergonta-ganti); namun sikap hidup manusia
bersifat statis (tetap). Misalnya, sifat “angkuh” sudah ada sejak zaman dulu
hingga sekarang, hanya seting manusia, zaman dan ruangnya yang berbeda. Dulu
diperlihatkan Fir’aun di Mesir, sekarang diperlihatkan Donald Trump di Amerika
Serikat. Bukan hanya sekedar sifat yang berulang, melainkan juga suatu kebudayaan
yang menampung aneka sifat manusia, seperti budaya Jahiliyah yang terlahir
kembali dalam bentuk terkini, yaitu Jahiliyah Modern.
Pengertian
Jahl
Jahiliyah
berasal dari akar kata jahl. Menurut Ibn Faris, patron huruf jim-ha’-lam
memiliki dua makna. Pertama, bodoh, antonim kata ilmu
(berpengetahuan). Kedua, gelisah, antonim kata thuma’ninah
(tenang). Jika kedua makna ini dipadukan, maka orang yang berstatus jahl
itu tidak berpengetahuan, sehingga mengalami kebodohan yang membuat hatinya
tidak bisa tenang.
Sedangkan
menurut al-Ashfahani, jahl dibagi menjadi tiga kategori. Pertama,
Ketiadaan ilmu. Ini adalah pengertian asal dari kata jahl. Kedua,
Meyakini sesuatu yang bertolak belakang dengan kenyataannya. Ketiga,
Melakukan sesuatu yang bertolak belakang dengan yang seharusnya.
Jahl dalam al-Qur’an
Mayoritas
kata jahl dalam al-Qur’an berfungsi untuk “mencela”, namun ada juga yang
tidak dimaksudkan untuk mencela. Misalnya dalam Surat al-Baqarah [2]: 273 yang
berkenaan dengan orang yang tidak mengerti akan menyangka kaya terhadap orang
miskin yang tidak mau meminta-minta (bersikap ‘iffah).
Al-Qur’an
menyebut kata jahl dan derivasinya sebanyak 20 kali. Berikut ikhtisarnya
sesuai dengan urutan turunnya ayat.
No
|
Term
|
Surat-Ayat
|
Ikhtisar Makna
|
1
|
تَجْهَلُوْنَ
|
al-A‘raf [7]: 138
|
Kaum yang menyembah selain Allah SWT adalah kaum bodoh
|
2
|
al-Naml [27]: 55
|
Kaum yang berperilaku seksual menyimpang
adalah kaum bodoh
|
|
3
|
Hud [11]: 29
|
Kaum yang tidak mengikuti Rasul-nya adalah
kaum bodoh
|
|
4
|
al-An‘am [6]: 111
|
Kaum yang tidak beriman pada ayat-ayat
Allah SWT adalah kaum bodoh
|
|
5
|
يَجْهَلُوْنَ
|
al-Ahqaf [46]: 23
|
Kaum yang menyembah selain Allah SWT adalah kaum bodoh
|
6
|
اَلْجَاهِلُ
|
al-Baqarah [2]: 273
|
Orang yang tidak mengerti akan menyangka kaya terhadap orang miskin
yang tidak mau meminta-minta
|
7
|
اَلْجَاهِلُوْنَ
|
al-Furqan [25]: 63
|
Menyapa orang-orang bodoh dengan baik
|
8
|
Yusuf [33]: 89
|
Bertindak tanpa memikirkan akibat (negatif)
dari perbuatan adalah perbuatan bodoh
|
|
9
|
al-Zumar [39]: 64
|
Orang-orang bodoh itu menyeru agar
menyembah pada selain Allah SWT
|
|
10
|
اَلْجَاهِلِيْنَ
|
al-A‘raf [7]: 199
|
Seruan
berpaling dari orang-orang bodoh
|
11
|
al-Qashash [28]: 55
|
Tidak bergaul dengan orang-orang bodoh
|
|
12
|
Hud [11]: 46
|
Himbauan agar tidak menjadi golongan orang
bodoh
|
|
13
|
Yusuf [12]: 33
|
Menghindar dari menjadi golongan orang
bodoh
|
|
14
|
al-An‘am [6]: 35
|
Larangan menjadi golongan orang bodoh
|
|
15
|
al-Baqarah [2]: 67
|
Berlindung dari menjadi golongan orang
bodoh
|
|
16
|
جَهُوْلاً
|
al-Ahzab [33]: 72
|
Manusia sering melalaikan amanah karena
kebodohannya
|
17
|
اَلْجَاهِلِيَّةْ
|
Ali ‘Imran [3]: 154
|
Larangan menyangka seperti sangkaan Jahiliyah
|
18
|
al-Ahzab [33]: 33
|
Larangan bertingkah laku seperti tingkah
laku Jahiliyah
|
|
19
|
al-Fath [48]: 26
|
Larangan meniru orang kafir yang mengidap
kesombongan Jahiliyah
|
|
20
|
al-Ma’idah [5]: 50
|
Larangan mencari hukum Jahiliyah sebagai
ganti dari hukum Allah SWT
|
Jahiliyah
dalam al-Qur’an
Sebagaimana
tabel di atas, kata Jahiliyah disebutkan empat kali dan seluruhnya termasuk
ayat Madiniyyah. Pertama, Surat
Ali ‘Imran [3]: 154.
ثُمَّ
أَنْزَلَ عَلَيْكُمْ مِنْ بَعْدِ الْغَمِّ أَمَنَةً نُعَاسًا يَغْشَى طَائِفَةً
مِنْكُمْ وَطَائِفَةٌ قَدْ أَهَمَّتْهُمْ أَنْفُسُهُمْ يَظُنُّونَ بِاللَّهِ
غَيْرَ الْحَقِّ ظَنَّ الْجَاهِلِيَّةِ يَقُولُونَ هَلْ لَنَا مِنَ الْأَمْرِ مِنْ
شَيْءٍ قُلْ إِنَّ الْأَمْرَ كُلَّهُ لِلَّهِ يُخْفُونَ فِي أَنْفُسِهِمْ مَا لَا
يُبْدُونَ لَكَ يَقُولُونَ لَوْ كَانَ لَنَا مِنَ الْأَمْرِ شَيْءٌ مَا قُتِلْنَا
هَاهُنَا قُلْ لَوْ كُنْتُمْ فِي بُيُوتِكُمْ لَبَرَزَ الَّذِينَ كُتِبَ
عَلَيْهِمُ الْقَتْلُ إِلَى مَضَاجِعِهِمْ وَلِيَبْتَلِيَ اللَّهُ مَا فِي
صُدُورِكُمْ وَلِيُمَحِّصَ مَا فِي قُلُوبِكُمْ وَاللَّهُ عَلِيمٌ بِذَاتِ
الصُّدُورِ (154)
Kemudian setelah kamu berdukacita, Allah menurunkan
kepada kamu keamanan (berupa) kantuk yang meliputi segolongan dari pada kamu,
sedang segolongan lagi telah dicemaskan oleh diri mereka sendiri, mereka
menyangka yang tidak benar terhadap Allah seperti sangkaan jahiliyah. Mereka
berkata: "Apakah ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan) dalam
urusan ini?." Katakanlah: "Sesungguhnya urusan itu seluruhnya di
tangan Allah." Mereka menyembunyikan dalam hati mereka apa yang tidak
mereka terangkan kepadamu; mereka berkata: "Sekiranya ada bagi kita barang
sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini, niscaya kita tidak akan dibunuh (dikalahkan)
di sini." Katakanlah: "Sekiranya kamu berada di rumahmu, niscaya
orang-orang yang telah ditakdirkan akan mati terbunuh itu keluar (juga) ke
tempat mereka terbunuh." Dan Allah (berbuat demikian) untuk menguji apa
yang ada dalam dadamu dan untuk membersihkan apa yang ada dalam hatimu. Allah
Maha Mengetahui isi hati. (Q.S. Ali ‘Imran [3]:
154).
Kedua, Surat al-Fath [48]: 26.
إِذْ
جَعَلَ الَّذِينَ كَفَرُوا فِي قُلُوبِهِمُ الْحَمِيَّةَ حَمِيَّةَ
الْجَاهِلِيَّةِ فَأَنْزَلَ اللَّهُ سَكِينَتَهُ عَلَى رَسُولِهِ وَعَلَى
الْمُؤْمِنِينَ وَأَلْزَمَهُمْ كَلِمَةَ التَّقْوَى وَكَانُوا أَحَقَّ بِهَا
وَأَهْلَهَا وَكَانَ اللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا (26)
Ketika
orang-orang kafir menanamkan dalam hati mereka kesombongan (yaitu) kesombongan Jahiliyah
lalu Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya, dan kepada orang-orang
mukmin dan Allah mewajibkan kepada mereka kalimat-takwa dan adalah mereka
berhak dengan kalimat takwa itu dan patut memilikinya. Dan adalah Allah Maha
Mengetahui segala sesuatu (Q.S. al-Fath [48]:
26).
Ketiga, Surat al-Ahzab [33]: 33.
وَقَرْنَ
فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى
وَأَقِمْنَ الصَّلَاةَ وَآَتِينَ الزَّكَاةَ وَأَطِعْنَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ
إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ
وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا (33)
Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu
berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan
dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya.
Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul
bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya
(Q.S. al-Ahzab [33]: 33).
Keempat, Surat al-Ma’idah [5]: 50.
وَأَنِ
احْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ وَاحْذَرْهُمْ
أَنْ يَفْتِنُوكَ عَنْ بَعْضِ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ إِلَيْكَ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَاعْلَمْ
أَنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ أَنْ يُصِيبَهُمْ بِبَعْضِ ذُنُوبِهِمْ وَإِنَّ كَثِيرًا
مِنَ النَّاسِ لَفَاسِقُونَ (49) أَفَحُكْمَ الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُونَ وَمَنْ
أَحْسَنُ مِنَ اللَّهِ حُكْمًا لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ (50)
Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka
menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu
mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak
memalingkan kamu dari sebagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika
mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah
bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan musibah kepada mereka
disebabkan sebagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia
adalah orang-orang yang fasik. Apakah hukum Jahiliyah
yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah
bagi orang-orang yang yakin? (Q.S. al-Ma’idah [5]:
149-150).
Empat
ayat di atas menyangkut empat dimensi Jahiliyah.
Pertama, Kognitif (Pengetahuan). Sesuai Asbab al-Nuzul, Surat
Ali ‘Imran [2]: 154 berkenaan dengan perilaku kaum munafik dalam menyikapi
kekalahan umat muslim pada Perang Uhud. Mereka menduga bahwa seorang nabi pasti
menang, karena selalu ditolong oleh Allah SWT. Oleh sebab itu, mereka menduga
jika Nabi Muhammad SAW kalah, seperti yang terjadi dalam Perang Uhud, berarti
beliau bukan nabi yang sebenarnya. Dugaan seperti ini adalah dugaan Jahiliyah,
karena sejak awal Allah SWT tidak pernah menjanjikan kemenangan bagi umat
muslim, melainkan menjanjikan dua kebaikan dalam setiap peperangan. Pertama,
meraih kemenangan melalui pertolongan-Nya. Kedua, gugur sebagai syuhada’.
Sebagaimana informasi dalam Surat al-Taubah [9]: 52
قُلْ
هَلْ تَرَبَّصُونَ بِنَا إِلَّا إِحْدَى الْحُسْنَيَيْنِ وَنَحْنُ نَتَرَبَّصُ
بِكُمْ أَنْ يُصِيبَكُمُ اللَّهُ بِعَذَابٍ مِنْ عِنْدِهِ أَوْ بِأَيْدِينَا
فَتَرَبَّصُوا إِنَّا مَعَكُمْ مُتَرَبِّصُونَ (52)
Katakanlah:
“Tidak ada yang kamu tunggu-tunggu bagi kami,
kecuali salah satu dari dua kebaikan
(menang atau syahid). Dan Kami menunggu-nunggu bagi kamu bahwa Allah akan
menimpakan kepadamu azab (yang besar) dari sisi-Nya. Sebab itu tunggulah,
sesungguhnya kami menunggu-nunggu bersamamu.” (Q.S. al-Taubah [9]: 52).
Kedua,
Afektif (Sikap; Keyakinan). Surat al-Fath [48]: 26 berhubungan dengan sikap
fanatisme Jahiliyah terhadap kepercayaannya, sehingga menimbulkan sikap sombong
tidak mau mengikuti ajaran Nabi Muhammad SAW. Contohnya adalah fanatisme Abu Thalib yang tetap tidak
mau masuk Islam, padahal sudah jelas-jelas mengetahui kelebihan dan kebenaran
ajaran Islam melalui sosok Nabi Muhammad SAW.
Ketiga, Psikomotorik (Perbuatan). Surat al-Ahzab [33]: 33
berhubungan dengan larangan memperlihatkan aurat di hadapan lawan jenis
non-mahram. Dalam salah satu riwayat, Rasulullah SAW bersabda terkait Surat
al-Ahzab [33]: 33 ini: “Para wanita yang menarik perhatian kaum laki-laki
agar tertarik kepada mereka”.
Keempat, Peraturan (Hukum; Undang-Undang). Surat al-Ma’idah
[5]: 50 berkaitan dengan larangan mengikuti peraturan atau hukum Jahiliyyah.
Hanya saja patut disadari bahwa hukum Islam itu dibagi menjadi dua kategori: a)
Hukum Islam tekstual, yaitu memberlakukan hukum sesuai dengan al-Qur’an dan
Hadis secara tekstual, misalnya: hukuman bagi pencuri adalah potong tangan; b)
Hukum Islam kontekstual, yaitu memberlakukan hukum sesuai dengan al-Qur’an dan
Hadis secara kontekstual, misalnya: hukum bagi pencuri adalah penjara.
Jika
empat ayat tersebut dihubungkan dengan pengertian kata jahl dan
penggunaannya dalam al-Qur’an, maka dapat disimpulkan bahwa Jahiliyah adalah
pengetahuan, sikap (keyakinan), perbuatan dan peraturan yang tercela, karena
bertolak-belakang dengan apa yang senyatanya dan atau yang seharusnya, sehingga
menimbulkan kegelisahan hati bagi para pelakunya.
Jahiliyah
Modern
Sesuai
dengan kategorisasi Jahiliyah dalam al-Qur’an yang terbagi menjadi empat, maka
bahasan tentang Jahiliyah modern akan difokuskan empat juga.
Pengetahuan Jahiliyah Modern
Contoh Pengetahuan Jahiliyah Modern adalah Hoax atau
berita palsu. Sejak zaman dulu pun, sudah marak terjadi berita bohong. Oleh
sebab itu, al-Qur’an sudah mewanti-wanti terhadap berita yang disampaikan oleh
orang fasik. Meskipun suatu berita terlihat benar, tetap perlu dilakukan cek
dan ricek (tabayun), agar tidak timbul musibah yang dapat menimpa pada
orang yang tak bersalah.
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ
تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ (6)
Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu
orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak
menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang
menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu
(Q.S. al-Hujurat [49]: 6]
Asbab
al-Nuzul ayat ini menurut
riwayat Qatadah adalah Rasulullah SAW mengutus al-Walid ibn ‘Uqbah kepada Bani
Musthaliq. Sekembalinya dari Bani Musthaliq, al-Walid melapor bahwa mereka
telah murtad atau keluar dari Islam. Lalu Rasulullah SAW mengutus Khalid ibn
al-Walid beserta pasukannya untuk memastikan kebenaran berita tersebut.
Khalid
berangkat dan tiba di lokasi pada malam hari. Khalid pun mengutus para
telik-sandinya untuk memastikan keadaan Bani Musthaliq. Ternyata para telik
sandi itu melaporkan bahwa Bani Musthaliq masih berpegang teguh pada Islam,
karena mereka mendengar adzan dan melihat shalat yang dilakukan Bani Musthaliq.
Di pagi harinya, Khalid mendatangi Bani Musthaliq dan membuktikan kebenaran
informasi para telik sandinya.
Akhirnya
Khalid bersama pasukannya kembali menghadap Rasulullah SAW dan menginformasikan
berita yang senyatanya. Lalu turunlah ayat ini. Rasulullah SAW sempat bersabda:
“Pelan-pelan itu dari Allah, sedangkan tergesa-gesa itu dari setan”.
Sikap dan Keyakinan Jahiliyah Modern
Contoh
Sikap dan Keyakinan Jahiliyah Modern adalah sikap ekstremis. Padahal al-Qur’an mengingatkan
bahwa ciri khas umat muslim adalah karakter moderat (wasath).
وَكَذَلِكَ
جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا لِتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُونَ
الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيدًا
Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat muslim),
umat yang wasath agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan
agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu (Q.S. al-Baqarah [2]: 143).
Anti-toleransi
atau intoleran berarti sikap tidak mau bertoleransi sama sekali kepada
pihak-pihak lain yang berbeda dengannya. Misalnya, aliran takfiri yang
tidak pernah lelah mengkafirkan, membid’ahkan, menilai sesat, bahkan
memastikan neraka bagi penganut aliran lain yang tidak sejalan dengannya.
Bentuk ekstrem dari aliran takfiri adalah aliran jihadi yang
rutin berbuat aksi-aksi terorisme seperti bom bunuh diri, sehingga mencoreng
citra umat muslim serta memicu fenomena Islamophobia (takut kepada Islam) yang
melanda di berbagai belahan dunia. Mereka ini sesat pikir karena menerapkan
ayat-ayat terkait perang di tempat-tempat yang damai. Misalnya, salah
menerapkan “ayat pedang” dalam Surat al-Taubah [9]: 36
وَقَاتِلُوا
الْمُشْرِكِينَ كَافَّةً كَمَا يُقَاتِلُونَكُمْ كَافَّةً
Dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana
merekapun memerangi kamu semuanya (Q.S. al-Taubah
[9]: 36)
Ayat
ini cocok untuk dipraktikkan di negara seperti Palestina yang diperangi Israel
atau Rohingya Myanmar yang diperangi umat Budha; bukan di Indonesia dan
negara-negara lain yang suasananya damai.
Perbuatan Jahiliyah Modern
Contoh
Perbuatan Jahiliyah Modern Pertama, Aborsi. Masyarakat Jahiliyah Kuno mengubur hidup-hidup anak
perempuan, seperti yang diabadikan dalam Surat al-Takwir [81]: 8-9
وَإِذَا
الْمَوْءُودَةُ سُئِلَتْ (8) بِأَيِّ ذَنْبٍ قُتِلَتْ (9)
Dan apabila anak-anak perempuan yang dikubur
hidup-hidup ditanya, karena dosa apakah dia dibunuh
(Q.S. al-Takwir [81]: 8-9)
Kebudayaan
Jahiliyah kuno ini sedemikian berat, sehingga al-Qur’an menyandingkannya dengan
peristiwa dahsyat yang terjadi di hari kiamat, seperti kehancuran matahari,
bintang, gunung dan lautan.
Aborsi
adalah bentuk Jahiliyah Modern yang jauh lebih keji dan kejam dibandingkan
budaya penguburan anak perempuan dalam keadaan hidup-hidup pada masa Jahiliyah
Kuno. Setidaknya ada tiga alasan yang melandasi penilaian tersebut.
Alasan
pertama, penguburan anak perempuan dalam keadaan hidup-hidup dikarenakan
orangtuanya khawatir terhadap aib buruk yang mungkin akan menimpa si anak,
seperti diperkosa, menjadi tawanan perang, hingga hidup terlunta-lunta dalam
kemiskinan. Sebaliknya, aborsi dikarenakan orangtuanya khawatir terhadap aibnya
sendiri dan atau aib keluarganya, semisal khawatir terbongkar kalau dia
memiliki anak di luar nikah, sehingga menjatuhkan harkat dan martabatnya di
mata masyarakat.
Alasan
kedua, masyarakat Jahiliyah Kuno hanya akan mengubur anak perempuan, sedangkan
aborsi ditujukan pada janin laki-laki maupun perempuan.
Alasan
ketiga, “eksekusi” penguburan anak perempuan dalam keadaan hidup-hidup
dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Biasanya seorang ayah akan meminta istrinya
untuk merias anak perempuannya secantik mungkin. Setelah itu diajak ke tempat
yang sudah disiapkan tanah kuburan. Begitu sampai lokasi, anak perempuan
tersebut didorong oleh ayahnya, lalu segera ditimbun dengan tanah. Lain halnya
dengan aborsi yang umumnya dilakukan secara terang-terangan, setidaknya
melibatkan tenaga ahli seperti dokter, bidan, atau dukun bayi.
Contoh
Perbuatan Jahiliyah Modern Kedua,
Bunga dan Rente. Pada masa Jahiliyah Kuno, budaya riba sudah mengakar-kuat.
Oleh sebab itu, prosedur larangan riba dalam al-Qur’an dilakukan sebagaimana
larangan khamar, yaitu dilakukan secara bertahap. Riba pada masa Jahiliyah Kuno
baru diberlakukan apabila orang yang berhutang tidak mampu melunasi hutangnya
pada waktu yang ditentukan. Apabila dia mampu melunasi hutang tepat waktu, maka
dia tidak dikenakan bunga apapun. Bandingkan dengan riba masa Jahiliyah Modern,
bayar tepat waktu tetap harus membayar bunga; jika telat bayar, maka ditambah
dengan denda yang memberatkan. Sungguh, riba Jahiliyah Modern itu lebih sadis dan
kejam daripada riba Jahiliyah Kuno.
Dalam
Shahih Bukhari diriwayatkan sebuah Hadis terkait siksa pelaku riba. Nabi SAW diajak
oleh dua malaikat hingga tiba di sebuah sungai darah. Di sungai itu ada
seseorang yang sedang berenang, sedangkan di tepi sungai ada orang lain yang
sedang mengumpulkan bebatuan yang banyak. Ketika si perenang mendatangi si
pengumpul batu, maka si pengumpul batu memaksa si perenang untuk membuka
mulutnya lebar-lebar, lalu disumpallah mulutnya dengan bebatuan. Setelah itu si
perenang dipaksa berenang lagi. Demikian seterusnya.
Peraturan Jahiliyah Modern
Contoh
Peraturan Jahiliyah Modern, Wacana
Legalisasi LGBT (Lesbi, Gay, Biseksual, Transgender). Atas nama Hak Asasi
Manusia dan argumentasi bahwa Indonesia bukan negara agama, banyak pihak
terus-menerus memperjuangkan agar LGBT mendapatkan legalisasi sebagaimana di
negara-negara seperti Norwegia (1993), Belanda (1996), Belgia (2003), Spanyol
(2005), Kanada (2005), Afrika Selatan (2006), Swedia (2008), Portugal (2009),
Meksiko (2009), Islandia (2010), Argentina (2010), Uruguay (2010), Selandia
Baru (2013), Perancis (2013), Denmark (2013), Inggris dan Wales (2013),
Skotlandia (2014), Brazil (2013), Luksemburg (2014), Finlandia (2014), Irlandia
(2015), Amerika Serikat (2015), Jerman (2017).
Jika
dilihat dari daftar negara yang melegalkan LGBT, berarti hanya benua Asia yang steril
dari negara yang melegalkannya. Oleh sebab itu, jangan sampai Indonesia menjadi
negara Asia pertama yang melegalkan LGBT.
Jahiliyah
Kuno sudah mengenal tradisi homoseksual, seperti yang diabadikan dalam Surat
al-A’raf [7]: 80-81
وَلُوطًا
إِذْ قَالَ لِقَوْمِهِ أَتَأْتُونَ الْفَاحِشَةَ مَا سَبَقَكُمْ بِهَا مِنْ أَحَدٍ
مِنَ الْعَالَمِينَ (80) إِنَّكُمْ لَتَأْتُونَ الرِّجَالَ شَهْوَةً مِنْ دُونِ
النِّسَاءِ بَلْ أَنْتُمْ قَوْمٌ مُسْرِفُونَ (81)
Dan (Kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya).
(Ingatlah) tatkala dia berkata kepada mereka: “Mengapa kamu mengerjakan
perbuatan fahisyah itu, yang belum pernah dikerjakan oleh seorangpun (di dunia
ini) sebelummu?” Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsumu
(kepada mereka), bukan kepada wanita, malah kamu ini adalah kaum yang melampaui
batas (Q.S. al-A’raf [7]: 80-81)
Namun
Jahiliyah Modern lebih variatif daripada sekedar homoseksual. Hubungan abnormal
sesama wanita (Lesbi), sesama laki-laki (Gay), bersama laki-laki maupun wanita
sekaligus (Biseksual), semuanya ada. Ditambah dengan laki-laki yang berperilaku
seperti wanita atau sebaliknya (Transgender atau Transseksual), misalnya waria.
Sungguh
tidak wajar jika umat muslim sepakat atas legalisasi LGBT hanya atas nama Hak
Asasi Manusia (HAM). Apabila ada sekelompok kecil umat muslim yang melegalkan
LGBT, berarti mereka telah bersikap mudahanah. Mudahanah
adalah sikap terlalu lembek dengan mengorbankan prinsip-prinsip agama, demi
kebaikan duniawi.
Al-Qur’an
menyinggung sikap mudahanah ini dalam Surat al-Qalam [68]: 9
وَدُّوا
لَوْ تُدْهِنُ فَيُدْهِنُونَ
“Maka mereka (kaum kafir) sangat menginginkan
supaya kamu bersikap lunak (mudahanah), lalu mereka pun bersikap lunak
(pula kepadamu)” (Q.S. al-Qalam [68]: 9).
Dalam
sebuah Hadis, Rasulullah SAW mengingatkan bahwa akibat buruk dari perbuatan mudahanah
tidak hanya menimpa para pelakunya, melainkan juga menimpa orang lain yang
melakukan pembiaran terhadap perbuatan mudahanah tersebut.
Epilog
Tulisan
ini sekedar mengingatkan kembali akan bahaya Jahiliyah Modern dalam bentuk
pengetahuan (seperti hoax), sikap dan keyakinan (seperti terorisme), perbuatan
(seperti aborsi dan bunga), maupun peraturan (seperti wacana legalisasi LGBT). Keempat
jenis Jahiliyah Modern inilah yang kiranya perlu mendapatkan perhatian serius
untuk ditanggulangi pada tahun 2018 ini, demi kebaikan agama, bangsa dan negara
Indonesia.
Wallahu
A’lam bi al-Shawab.
Posting Komentar untuk "Tafsir Tematik Jahiliyah Modern"